Bab
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Setelah
Allah menciptakan kakek dan nenek manusia, yaitu Adam dan Hawa, maka Allah
memerintahkan kepada keduanya untuk tinggal didalam jannah (surga).
Allah
berfirman :
مِنَ فَتَكُونَا الشَّجَرَةَ هَـذِهِ تَقْرَبَا
وَلاَ شِئْتُمَا حَيْثُ اًرَغَد مِنْهَا وَكُلا الْجَنَّةَ وَزَوْجُكَ أَنتَ اسْكُنْ
آدَمُ يَا وَقُلْنَا
(٣٥: ﺍﻟﺑﻘﺭ) الْظَّالِمِينَ
Artinya
: Dan Kami berkata : Hai Adam tinggallah
kamu beserta istrimu didalam
jannah ini, dan makanlah
daripadanya sepuas-puasnya, sesuka hati kamu
berdua, tetapi janganlah kamu
berdua mendekati pohon itu, karena kamu
berdua akan menjadi orang-orang
yang menganiaya diri
(Q.S. Al Baqarah; 35)
Tetapi
karena perdaya syetan, Allah mengeluarkan keduanya dari jannah tersebut dan
menyuruhnya tinggal di bumi ini buat sementara waktu. Allah menyuruh manusia
tinggal di bumi ini adalah untuk mengemban suatu tugas, yaitu sebagai
khalifahNya. Sebagai khalifah Allah manusia memikul dua kewajiban pokok, yaitu :
1. Mewujudkan
kemakmuran di bumi
2. Mewujudkan
kebahagiaan hidup.
Namun
mewujudkan kemakmuran dan kebahagian hidup itu bukanlah tugas yang ringan dan
membutuhkan persyaratan-persyaratan khusus bagi manusia. Persyaratan tersebut
tidaklah dapat dimiliki manusia dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.
Melainkan membutuhkan suatu proses yang panjang dan lama serta terus menerus.
Sebabnya ialah :
1. Karena
manusia dilahirkan dalam keadaan lemah
2. Karena
manusia dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa
3. Karena
manusia mempunyai dua musuh besar yang selalu mengganggunya, agar tugas
hidupnya itu tidak terselesaikan, kedua musuh tersebut ialah :
a. Nafsu
b. Syetan
Apabila
manusia menginginkan tugas hidupnya selesai dan dapat kembali kenegeri asalnya
(Jannah), maka ia harus diproses sedemikian rupa secara terus menerus, sehingga
ia menjadi kuat, mempunyai ilmu yang banyak, tangguh menghadapi musuh-musuhnya,
dan mampu menyelesaikan tugas hidupnya. Untuk memproses manusia, sehingga
menjadi manusia yang di istilahkan dengan hamba Allah yang muttaqiin, Allah
telah menyediakan sarananya pula, yaitu berupa Rukun Islam.
1.2
Tujuan
Ingin
memperlihatkan kepada pembaca, bagaimana caranya Rukun Islam memproses manusia
seperti yang tersebut diatas, sehingga dia mampu menyelesaikan tugas hidupnya
dan berhak untuk kembali ke negeri asalnya (Jannah).
Bab 2
PEMBAHASAN
2.1
Memulai
jadi Hamba Allah
Hamba
Allah berarti orang-orang yang mengabdikan diri kepada Allah. Dan mengabdikan
diri kepada Allah itu berarti mentaati segala urusan Allah.
Aturan
Allah yang harus ditaati itu ialah apa yang terdapat didalan ajaran agama
Islam. Sebab Allah menyatakan, bahwa agama yang diakuiNya hanyalah agama Islam,
dan barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka tidak akan
diterima daripadanya dan orang tersebut diakherat nanti termasuk golongan
orang-orang yang merugi.
Ajaran
agama Islam mengatur seluruh segi kehidupan dan penghidupan manusia. Bahkan
sampai masuk dan keluar kakus diaturnya sedemikian rupa.
Orang-orang
yang tidak mentaati aturan Allah itu dinamakan oleh Allah dengan :
1. Orang-orang
yang sesat atau durhaka
Orang-orang yang sesat
ini dinyatakan Allah sebagai pengikut syetan dan teman akrabnya.
2. Orang-orang
yang kafir
Orang-orang yang kafir ini
dinyatakan Allah, bahwa pemimpin mereka adalah syetan, bahkan mereka bukanlah
manusia.
Touless
seorang ahli Ilmu Jiwa Moderen dalam bukunya “Psychology Religion” menyatakan :
“Seseorang tanpa suatu agama yang benar-benar rasional akan lebih buruk keadaannya
dari iblis-iblis”.
Selanjutnya
Allah menyatakan bahwa didunia ini hanya ada dua jalan hidup bagi manusia,
yaitu :
1. Jalan
hidup yang dipimpin oleh Allah
2. Jalan
hidup yang dipimpin oleh syetan.
Orang munafik
ialah orang yang menyembunyikan kekafirannya dihati, tetapi menyatakan
keislamannya dengan mulut.
Allah berfirman
:
( ١٤٥ : النساء ) نَصِيراً لَهُمْ تَجِدَ وَلَن النَّارِ مِنَ الأَسْفَلِ الدَّرْكِ
فِي الْمُنَافِقِينَ إِنَّ
Artinya
: Sesungguhnya orang – orang yang munafik
itu tempatnya ditingkat yang
paling bawah dari neraka dan tidak ada
penolong bagi mereka.
(S.
An Nisa’ ; 145)
Orang fasik
ialah orang yang menyatakan keislamannya dengan hati dan mulut tetapi enggan
mengamalkan ajaran agama islam itu dengan anggota badannya.
Pengingkaran
dengan mulut mudah sekali melaksanakannya. Tetapi pengingkaran dengan hati dan
perbuatan tidaklah mudah. Pengingkaran dengan hati menghendaki pengenalan
terhadap Allah SWT dan nabi Muhammad SAW. Pengenalan terhadap Allah SWT,
menurut Al Qur’an, hendaklah dilakukan dengan memikirkan tentang penciptaan dan
keteraturan alam. Sedangkan pengenalan terhadap nabi Muhammad SAW hendaklah
dilakukan dari tiga jurusan :
1. Tentang
pribadinya
Allah dengan tegas
sekali menyatakan, bahwa Muhammad mempunyai pribadi yang amat baik sekali
(agung). Orang Quraisy sendiri semenjak Muhammad masih remaja sudah memberinya
gelar dengan Al Amin (=terpercaya). Oleh karena itu Allah menjadikan Muhammad
sebagai manusia teladan ikutan bagi manusia lainnya.
Allah berfirman :
(
٢١ : الأحزاب ) . . . حَسَنَةٌ أُسْوَةٌ اللَّهِ رَسُولِ فِي لَكُمْ كَانَ لَقَدْ
Artinya : Sesungguhnya adalah bagi kamu pada rasul
Allah itu teladan yang baik
(S. Al Ahzab; 21)
2. Tentang
fungsinya dan bawaannya.
Fungsi Muhammad
hanyalah menyampaikan wahyu Allah kepada manusia. Bawaan Muhammad semuanya
adalah wahyu Allah, baik yang berupa Al Qur’an maupun As Sunnah shahihah.
3. Tentang
keberhasilannya.
Keberhasilan Muhammad
sudah diakui oleh dunia. Bahkan M. H. Hart (seorang tokoh sejarah dari AS)
dalam bukunya “Seratus Tokoh yang paling berpengaruh di Dunia” terjemahan
Mahbub Junaidi menempatkan Muhammad pada urutan yang pertama.
Apabila
keyakinannya belum mantap atau masih goyang karena pengenalannya terhadap Allah
dan Muhammad belum sempurna, maka ucapan dan perbuatannya sulit untuk
disesuaikannya dengan kehendak/ajaran Allah dan Muhammad tersebut, sebab
hatinya masih belum mau atau masih mempertanyakannya. Menurut Sayid Sabiq dalam
bukunya “Aqidah Islamiyah” hal ini terjadi karena lemahnya (belum sempurnanya)
aqidah (keyakinan) umat Islam (terhadap Allah dan Muhammad).
Selanjutnya
pengingkaran dengan perbuatan menghendaki pengetahuan yang matang tentang
ajaran agama Islam, sebab :
1. Allah
dan RasulNya menghendaki agar ajaran agama Islam itu dilaksanakan tepat sebagaimana
yang diajarkanNya.
2. Satu
persatunya ajaran agama Islam itu didalam pelaksanaannya menghendaki
syarat-syarat tertentu, mempunyai rukun – rukun tertentu dan mempunyai sebab –
sebab tertentu yang akan membatalkannya.
3. Allah
dan RasulNya menghendaki agar ajaran agama Islam itu dilaksanakan dengan
sempurna.
Maka
tanpa pengetahuan yang matang mustahillah agama Islam dapat dilaksanakan dengan
sempurna. Sesuai dengan apa yang diharapakan oleh Allah dan rasulNya. Dengan
pengikraran perbuatan ini haruslah dilakukan setiap saat didalam seluruh segi
kehidupan sampai mati.
Jadi
kesimpulan dari seluruh uraian diatas adalah:
1. Bahwa
untuk menjadi hamba Allah haruslah dengan dua kalimat syahadah.
2. Bahwa
pengucapan dua kalimat syahadad harus diiringi dengan hati dan diikuti dengan
penerapan ajaran sesuai yang dianjurkan oleh Islam, dalam segi kehidupan sampai
mati.
3. Bahwa
pengucapan kalimat syahadah mendorong manusia untuk mengerti tentang Allah, manusia,dan
alam sampai mantap dan matang. Karena dengan pengertian itulah manusia dapat
mencapai kebenaran pengucapan dua kalimat syahadah.
2.2
Bukti
sebagai Hamba Allah
Bukti
pertama dan utama sebagai orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadah
atau telah menjadi hamba Allah ialah dengan mendirikan sholat. Didalam surat Al
mudastir ayat 42 sampai 43 diterangkan bahwa sewaktu Allah menerangkan kepada
penduduk neraka mengapa meraka masuk
neraka,secara tegas mereka menjawab : antara lain disebabkan karena mereka
mendirikan sholat.
Dari
keterangan tersebut jelaslah bahwa sholat merupakan bukti yang utama dan
pertama dari kehambaan seseorang terhadap Allah. Kalau seorang sudah
mengucapkan dua kalimat syahadah, tetapi belum sholat belum dianggap hamba
Allah dan tempatnya nanti di neraka. Telah dinyakan didalam hadist-hadist yang menerangkan
bahwa sholat :
1. Sholat
adalah tiang agama, maka barang siapa yang mendirikannya sungguh ia telah
mendirikan agama, dan barang siapa yang meruntuhkannya sungguh ia telah
meruntuhkan agama ( HR Baihaqi )
2. Barang
siapa yang memeliharanya (sholat) maka ia akan memperoleh cahaya, bukti
keterangan dan kebebasan di hari kiamat, dan barang siapa yang tidak
memeliharanya, maka ia tidak akan memperoleh cahaya, bukti keterangan dan
kebebasan dan ia di hari kiamat bersama qorun, Fir’aun, Haman dan Ubai bin Khalaf
( HR Ahmad dan Thabrani )
3. Amalan
yang mula – mula dihisab (dihitung) dari seorang hamba pada hari kiamat ialah
sholatnya. Jika sholatnya diterima, maka amalan-amalan yang lainnya akan
diterima juga dan sebaliknya ( HR Thabrani )
Sholat itu harus
dilakukan :
1. Dilakukan
dengan pengertian yang baik tentang apa yang dibaca didalamnya.
Sholat itu dinyatakan
berhasil atau diterima kalu sudah memenuhi 2 syarat.
a. Sempurna
wudhu’nya.
b. Mengerti
akan apa yang dibaca didalamnya.
2. Dengan
penghayatan yang penuh untuk mencapai hal ini maka diperintahkan :
a. Sholat
harus dilakukan dengan ikhlas ( QS. Al Bayyinah ; 5 )
Allah berfirman :
وَذَلِكَ الزَّكَاةَ وَيُؤْتُوا
الصَّلَاةَ وَيُقِيمُوا حُنَفَاء الدِّينَ لَهُ مُخْلِصِينَ اللَّهَ لِيَعْبُدُوا إِلَّا
أُمِرُوا وَمَا
( ٥ : البينة ) الْقَيِّمَةِ دِينُ
Artinya
: Dan tidaklah mereka disuruh melainkan
supaya mereka menyembah Allah
dengan mengikhlaskan agama karenaNya
( S.
Al Bayyinah ; 5 )
b. Sholat
harus dilakukan dengan khusuk ( QS. Al Mu’minun ; 1 – 2 )
Allah berfirman :
(
٢ - ١ : المؤمنون ) خَاشِعُونَ صَلَاتِهِمْ فِي هُمْ الَّذِينَ الْمُؤْمِنُونَ أَفْلَحَ
قَدْ
Artinya
: Sesungguhnya berbahagialah orang –
orang beriman. Yang mereka khusyu’
dalam shalatnya (
S. Al Mu’minun ; 1 – 2 )
c. Sholat
harus dilakukan dengan sempurna yaitu sempurna wudhu’nya, ruku’nya, khusuknya,
dan sebagainya.
Apabila sholat
telah dilakukan dengan penghayatan dan pengertian yang baik, maka akan
tumbuhlah kesadaran yang tinggi sebagai hamba Allah. Sebab pegertian dan
penghayatan adalah sarana untuk menumbuhkan kesadaran.
Sholat memang
diwajibkan untuk menyadarkan manusia. Penyadaran akan hal tersebut terdapat
dalam surat Al Fatehah. Bacaan Al Fatehah menyadarkan manusia :
1. Bahwa
Allah :
a. Sebagai
pencipta, penguasa, pengendali dan pembimbing alam semesta ini seperti
terungkap dalam lafal : Alhamdulillahirabbil’alamin.
b. Mencipta,
menguasa, mengendali dan membimbing alam semesta ini dengan rahman dan
rahim-Nya, yang terdapat dala lafal : Arrahmaanirrahim.
c. Telah
menyediakan kampung akhirat untuk tempat meminta pertanggung jawaban dan
memberikan pembalasan kepada makhluk – makhluk yang tidak menjalankan tugasnya
masing – masing. Terdapat dalam lafal : Maliki yaumiddiin.
2. Bahwa
manusia :
a. Adalah
hamba Allah yang harus melaksanakan segala aturan Allah dalam segi kehidupannya
sampai mati. Terdapat dalam lafal : Iyaakana’budu.
b. Adalah
makhluk yang serba terbatas karena itulah ia meminta pertolongan kepada Allah
saja, seperti terungkap dalam lafal : Waiyyaakanasta’iin.
c. Didalam
kehidupan dan penghidupannya akan menemui 2 jalan : pertama jalan wawasan islam
(Shirathal mustaqim) yaitu jalan yang telah ditempuh oleh orang – orang yang
telah diberi nikmat oleh Allah. Kedua jalan wawasan non-islam, yaitu jalan yang
telah ditempuh oleh orang-orang yang dimarahi Allah dan orang-orang yang sesat.
Maka, orang yang sholat memohon agar ditunjukkan oleh allah kedalam jalan yang
benar dan dijauhkan kepada jalan yang telah lakhnat oleh Allah. Terdapat dalam
lafal : Ihdinash Shirathal mustaqim, Shirathal ladziina an’amta alaihim,
ghairil maghdhubi’alaihim waladh dhaalliin.
3. Bahwa
alam :
a. Adalah
ciptaan Allah
b. Diciptakan
Allah dengan ciri khas tertentu dan peraturan – peraturan tertentu.
c. Patuh
betul kepada aturan Allah yang tercermin dalam lafal : Rabbil alamin.
Dengan demikian
sholat benar – benar menyadarkan manusia akan fungsi dan tujuan hidupnya,
kemudian mendorongnya untuk merelasasikannya secepat mungkin dengan penuh
tanggung jawab. Karena itulah Allah memerintahkan agar sholat dilakukan setiap
waktunya dengan baik dan sampai mati.
2.3
Bukti
telah mendirikan shalat
Bukti pertama
dan utama sebagai orang yang telah mendirikan sholat ialah berusaha
menyelamatkan manusia dari segala penderitaannya. Usaha menyelamatkan manusia
dari segala penderitaannya itu harus dilakukan dengan 2 cara :
1. Memberikan
bantuan pada orang – orang yang sedang menderita. Pemebrian bantuan ini menurut
ajaran agama islam diberikan lewat beberapa jalan, seperti yang dikemukakan
oleh Dr. Abdul kadir Audah dalam bukunya Al Islam Wa audha’uh al qonanih
sebagai berikut :
a. Jalan
positif ada 3, yaitu harta pustaka, zakat, hak pemerintah untuk mengambil harta
kekayaan pribadi buat kepentingan umum.
b. Jalan
negatif, jalan negatif ini ialah mengharamkan menimbun harta yang tidak ada
gunanya ( QS At Taubah ; 34 )
Allah berfirman :
(
٣٤ : التوبة ) أَلِيمٍ بِعَذَابٍ فَبَشِّرْهُم اللّهِ سَبِيلِ فِي يُنفِقُونَهَا وَلاَ وَالْفِضَّةَ الذَّهَبَ يَكْنِزُونَ
الَّذِينَ وَ . . .
Artinya : Dan orang – orang yang menimbun harta kekayaan emas dan perak dan
mereka tidak
menafkahkannya dijalan Allah, maka beri khabarlah olehmu
kepada mereka, bahwa
mereka nanti akan memperoleh azab yang sangat
pedih (
S. At Taubah ; 34 )
c. Jalan
fakulatif ( boleh diturut, boleh pula tidak ). Jalan ini seperti bershadaqoh
dan bernafkah di jalan Allah ( QS Al Baqarah ; 261 )
Allah berfirman :
يُضَاعِفُ
وَاللّهُ حَبَّةٍ مِّئَةُ سُنبُلَةٍ كُلِّ فِي سَنَابِلَ سَبْعَ أَنبَتَتْ حَبَّةٍ
كَمَثَلِ اللّهِ سَبِيلِ فِي الَهُمْ أَمْوَ يُنفِقُونَ الَّذِينَ مَّثَلُ
( ٢٦١ : البقرة ) عَلِيمٌ وَاسِعٌ وَاللّهُ
يَشَاءُ لِمَن
Artinya
: Perumpamaan orang – orang yang
menafkahkan hartanya dijalan Allah
seperti sebuah biji yang tumbuh
padanya tujuh tangkai pada tiap – tiap
tangkai itu ada seratus biji dan
Allah akan melipat gandakan kepada orang
– orang yang dikehendakinya dan
Allah itu luas pemberiannya dan amat
mengetahui (
S. Al Baqarah ; 261 )
2. Membangun
kehidupan dan penghidupan manusia sampai tercapai tujuannya, yaitu hidup makmur
dan berbahagia. Karena dengan jalan inilah manusia akan dapat bebas dari segala
penderitaannya.
Untuk maksud
itulah Allah memerintahkan kepada orang yang sholat, apabila telah selesai
mengerjakan sholat, maka hendaklah bertebaran di muka bumi untuk mencari
karunia Allah sambil mengingat Allah banyak – banyak. Terdapat dalam surat Al
Jum’ah ; 10. Peraturan Allah yang harus dihiraukan dalam menggarap bumi
tersebut ada 2 macam :
1. Peraturan
Allah yang berlaku bagi bumi sendiri, yang kita istilahkan dengan sunnatullah.
Peraturan pokok sunnatullah yang harus dihiraukan manusia dalam rangka
menggarap bumi ialah :
a. Segala
sesuatu diciptaakan oleh Allah dengan ukuran – ukuran tertentu ( QS. Al Qomar ;
49 )
Allah berfirman :
( ٤٩ : القمر ) بِقَدَرٍ
خَلَقْنَاهُ شَيْءٍ كُلَّ إِنَّا
Artinya
: Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dia
dengan ukuran tertentu
(
S. Al Qomar ; 49 )
b. Segala
sesuatu yang dicipatkan Allah dengan berpasang-pasangan ( QS Adz Dzariyat ; 9 )
Allah berfirman :
( ٤٩ : الذاريات ) . . . زَوْجَيْنِ خَلَقْنَا
شَيْءٍ كُلِّ وَمِن
Artinya
: Dan dari segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan
( S. Adz. Dzariyat ; 49 )
c. Bagi
segala suatu ada hukum pertimbangan ( QS Ar Rahman ; 7-8 )
Allah berfirman :
(
٨ - ٧ : الرحمن ) الْمِيزَانِ فِي تَطْغَوْا أَلَّا الْمِيزَانَ وَوَضَعَ رَفَعَهَا
وَالسَّمَاء
Artinya
: Dan langit Ia tinggikan dia dan Ia
adakan hukum perimbangan. Karena itu
sekali – kali jangan kamu
langgar hukum perimbangan itu.
(
S. Ar Rahman ; 7 – 8 )
d. Sunnatullah
itu berlaku serba tetap ( QS Al Ahdzab ; 62 dan Fatir ; 43 )
Allah berfirman :
(
٤٣ : فاطر ٦٢ : الأحزاب ) . . . تَبْدِيلاً
اللَّهِ لِسُنَّتِ تَجِدَ فَلَن . . .
Artinya
: Dan kamu tidak akan pernah menemui pada
sunnatullah itu perubahan.
(
S. Al Ahzab ; 62 dan Fatir ; 43 )
e. Sunnatullah
itu satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau saling bekerja sama untuk
tujuan –tujuan tertentu.
f. Pada
alam berlaku hukum sebab dan akibat ( QS Al A’raf : 96 dan Shad ; 10 )
g. Alam
diciptakan Allah untuk manusia ( QS Al Baqarah ; 29 )
2. Peraturan
Allah yang berlaku untuk manusia sebagai makhluk rohani yang kita istilahkan
dengan dinullah. Peraturan pokok dinullah yang harus dihiraukan manusia dalam
menggarp bumi antara lain :
a. Belajar
dan bekerja dengan sungguh – sungguh ( QS Al Hajj ; 78 )
Allah berfirman :
(
٧٨ : الحج ) . . . جِهَادِهِ حَقَّ اللَّهِ
فِي وَجَاهِدُوا
Artinya
: Dan bersungguh – sungguhlah kamu di
jalan Allah dengan sebenar – benar
kesungguhan (
S. Al hajj ; 78 )
b. Bekerja
sama dengan baik ( QS Al Ma’idah ; 2 )
Allah berfirman :
(
٢ : المائدة ) . . .وَالتَّقْوَى الْبرِّ عَلَى وَتَعَاوَنُواْ . . .
Artinya
: Dan brtolong – tolonglah kamu atas
kebaikan dan ketaqwaan
(
S. Al Maidah ; 2 )
c. Disiplin
yang tinggi
d. Jangan
boros dan hendaklah hemat ( Qs Al Isra’ ; 27 )
Allah berfirman :
(
٢٧ : الإسراء ) . . . الشَّيَاطِينِ إِخْوَانَ كَانُواْ الْمُبَذِّرِينَ إِنَّ
Artinya
: Sesungguhnya orang – orang yang boros
itu adalah temannya syetan
(
S. Al Isra’ : 27 )
e. Carilah
segala yang haram ( HR muslim )
f. Teguh
pendirian ( QS Hud ; 112 dan Ali Imran ; 60 )
Karena itulah
segala peraturan Allah adalah benar dan oleh karena itu manusia harus
menjalankannya. Dunia sekarang menjadi krisis karena manusia sudah tidak
mentaati peraturan Allah. William james ( tokoh ahli jiwa dari Amerika Serikat
) mengatakan satu – satunya obat bagi kegelisahan (sumber krisis) ialah percaya
kepada tuhan.
Apabila manusia
telah mentaati segala aturan dengan baik dan benar diistilahkan dengan takwa.
Maka Allah berjanji akan membukakan barokahNya dari langit dan bumi ( QS Al
A’raf ; 96 ).
Oleh karena itu
kekayaan harus dinafkahkan ke jalan Allah. Orang – orang yang menahan harta
Allah ditangannya termasuk orang – orang yang ingkar kepada nikmat Allah. ( QS Thaha ; 124 dan Al Baqarah ; 39 ). Dengan
demikian kualitas kemanusiaannseseorang ditentukan pula dengan besarnya bantuan
terhadap orang lain dan besarnya usaha dalam mewujudkan tujuan hidup manusia.
Dari seluruh keterangan diatas jelaslah bahwa zakat dan shadaqoh, infak serta
lainnya adalah bukti utama keberhasilan sholat seseorang. Oleh karena itu Al
Qur’an selalu mengiringi sholat dengan zakat.
2.4
Pemantapan
hasil shalat
Sudah
dijelaskan, bahwa bukti dari telah mendirikan shalat ialah berusaha
menyelamatkan manusia dari segala penderitaannya atau mencapaikan tujuan
hidupnya dengan penuh tanggung jawab.
Tetapi rasa
tanggung jawab dan kesediaannya untuk memberikan bantuan tersebut sering
terganggu. Adapun hal-hal yang mengganggunya itu ialah:
1. Kecintaan
manusia kepada harta
Dan kecintaan
manusia kepada harta yang banyak ini amat bersangatan sekali
Allah berfirman
:
( ٨ : العاديات ) لَشَدِيدٌ الْخَيْرِ لِحُبِّ
وَإِنَّهُ
Artinya: Dan sesungguhnya dia mencintai harta itu
bersangatan sekali
(S. Al’Adiyat ; 8)
2. Godaan
syetan
Syetan menggoda
manusia dalam hal harta ini dengan dua cara, yaitu:
a. Menganjurkan
manusia untuk berlaku kikir.
b. Menganjurkan
manusia untuk berlaku boros.
c. Ujian
Allah
Setiap orang
yang mengaku beriman pasti akan diuji oleh Allah, sehingga terbukti dalam
kenyataan, bahwa dia benar-benar beriman disini : benar-benar telah mendirikan
shalat ( S. Al Ankabut 2-3 )
Karena itu mungkin saja ketiga hal
tersebut akan melemahkan atau menggoyahkan hasil shalat yang telah diperoleh.
Karena itu manusia perlu disadarkan lagi dengan penderitaan yang serimg dialami
leh orang-orang miskin. Untuk maksud inilah diwajibkan Allah kepada manusia
untuk berpuasa.
Selama berpuasa
itu:
1. Manusia
disadarkan akan hebatnya penderitaan lapar yang sering dialamioleh orang-orang
miskin dan tidak berpunya.
2. Manusia
dilatih untuk menahan dan menendalikan seluru rayuan nafsunya.
3. Manusia
dilatih untuk menoak godaan syetan.
4. Manusia
dilatih untuk menundukan akal sehat dan emosinya kepada kehendak ( aturan ) Allah ( S. Al Baqarah 183 ).
Allah berfirman
:
( ١٨٣ : البقرة ) تَتَّقُونَ
لَعَلَّكُمْ قَبْلِكُمْ مِن الَّذِينَ عَلَى كُتِبَ كَمَا الصِّيَامُ عَلَيْكُمُ كُتِبَ
آمَنُواْ الَّذِينَ أَيُّهَا يَا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa, ( S. Al Baqarah ; 183 )
Dari uraian
diatas jelaslah, bahwa puasa telah menambah kesadaran mnausia untuk membantu
orang-orang miskin dan tidak berpunya, kemudian menambah kekuatan mental
manusia agar tidak terayu oleh cumbuan nafsu dan tergoda oleh godaan syetan
serta tabah dalam menghadapi ujian Allah pada waktu merealisasikan pembebasan
manusia dari segala penderitaannya atau mewujudkan tujuan hidup manusia dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari.
2.5
Penyempurnaan
Bahwa sholat
adalah ibadah rohani, zakat adalah ibadah harta dan puasa adalah ibadah jasmani
sedangkan haji adalah ibadah yang mencakup keseluruhan, ibadah rohani dengan
talbiyah dan wukuf, ibadah harta dengan pembiayaannya dan ibadah jasmani dengan
tawaf, sa’i dan melempar jumroh.
Mula – mula
Allah memerintahkan kepada manusia untuk melaksanakan ibadah haji. Dalam
firmannya (QS. Ali Imran ; 97 )
Allah berfirman
:
( ٩٧ : عمران آل ) . . .
سَبِيلاً إِلَيْهِ اسْتَطَاعَ مَنِ الْبَيْتِ حِجُّ النَّاسِ عَلَى وَلِلّهِ . . .
.
Artinya : Dan menjadi kewajiban bagi manusia terhadap
Allah untuk berhaji ke
Ka’bah itu, yaitu bagi orang -
orang yang sanggup mengunjunginya
( S. ali irman ; 97 )
Manfaat –
manfaat yang perlu diambil dari pelaksanaan haji antara lain :
a. Haji
untuk memenuhi panggilan Allah sehingga begitu ibadah ini dimulai dan diucapkan
adalah -
ﻟﺑﻴﻙ ﺍﻟﻟﻬﻡ
ﻟﺑﻴﻙ
b. Dengan
haji semua umat islam dari seluruh dunia berkumpul pada suatu tempat untuk
melaksanakan ibadah yang sama dengan pakaian yang sama.
c. Haji
adalah ibadah yang banyak sekali hubungannya dengan kehidupan dan perjuangan
nabi Ibrahim dan keluarganya. Apalagi memang diperintahkan oleh Allah untuk
mengikuti agama nabi Ibrahim seperti difirmankannya Ali Imran ; 95. Karena itu
Allah menceritakan kepada kita dalam Al Qur’an tentang bagaimana nabi Ibrahim
mencari, menyiarkan, menegakkan dan mebela kebenarannya.
Jadi kesimpulannya :
1. Ibrahim
yang berpikirkan sehat dan merdeka tidak bisa menerima kenyataan situasi
keluarganya yang bergemilang dalam kemusyrikan dalam menyembah patung.
2. Karena
itu ibrahim berusaha menyelidiki dengan tekun dan sepenuhnya minat dan cermat
siapakah yang patut disembah manusia.
3. Kebenaran
ini diyakini Ibrahim karena berdasarkan penyelidikan.
4. Karena
kebenaran itu disampaikan dan dipertahankan oleh Ibrahim.
5. Karena
kesediaan Ibrahim mengorbankan segala apa yang ada padanya.
d. Selama
musim haji umat islam yang melksanakn ibadah haji dianjurkan untuk berziarah
ketempat – tempat bersejarah yang terjadi di zaman nabi Muhammad.
Bangsa Indonesia dalam perjuangan
kemerdekaannya pun telah melalui fase – fase seperti yang dilalui nabi Ibrahim.
Yang :
1. Bangsa
Indonesia tidak dapat lagi menerima situasi dijajah lagi oleh bangsa asing.
2. Lantas
mereka mencari kebenarannya.
3. Kebenarannya
tersebut lantas mereka memproklamasikan ke seluruh dunia.
4. Karena
itu bangsa Indonesia mendapat tantangan dari penjajahnya terdahulu.
5. Karena
kesediaan bangsa Indonesia memperjuankan segala – galanya maka sukseslah
perjuangn mereka.
e. Ibadah
haji adalah ibadah yang memberikan kesan kerohanian yang luar biasa hebatnya
sehingga Dr Soedjatmoko pernah mengatakan “Saya belum pernah merasakan
kebahagiaan yang begitu tinggi kecuali ketika saya bersujud di sisi ka’bah di
tanah suci Mekkah”.
Setiap orang
yang sudh naik haji pasti menginginkan agar hajinya menjadi haji mabrur. Karena
itu dia harus menjadi pelopor dalam menjadi penyelamat manusia agar mencapai
tujuan hidup mereka.
Dari seluruh
uraian di atas jelaslah bahwa haji menyempurnakan ke hambaan manusia kepada
Allah.
Bab 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menyimpulkan
apa – apa yang telah kita bicarakan dengan bagian – bagian yang terdahulu.
Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut ini :
1. Negeri
asal manusia adalah Jannah ( Surga )
2. Manusia
dikirim oleh Allah ke bumi ini adalah untuk menjadi khalifahNya, dengan dua
kewajiban pokok, yaitu mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan hidup bagi umat
manusia.
3. Pada
suatu waktu nanti manusia harus kembali ke negeri asalnya, Kalau tidak dia
harus masuk mereka. Sebab pada waktu itu hanya ada dua tempat itu saja.
4. Sarana
yang telah ditetapkan oleh Allah untuk pembinaan tersebut ialah Rukun Islam
yang lima, yaitu : syahadah, shalat, zakat, puasa dan haji.
5. Untuk
memulai jadi hamba Allah ialah dengan mengucapkan dua kalimat syahadah.
6. Perbuatan
paling utama untuk membuktikan kebenaran syahadah seseorang ialah shalat.
7. Dengan
demikian bukti paling utama, bahwa seseorang sudah shalat dengan baik ialah
bersedia mengorbankan apa saja miliknya untuk mewujudkan tujuan hidup manusia
tersebut dalam bentuk zakat, shadaqah, infaq, dan sebagainya.
8. Akan
tetapi rasa tanggung jawab dan kesediaan berkorban tersebut akan sering
terganggu oleh nafsu cinta harta manusia, godaan syetan dan ujian Allah. Karena
itu rasa tanggung jawab dan kediaan tersebut perlu dimantapkan. Sarana untuk
memantapkan itu ialah puasa.
9. Haji
benar – benar hendak menyempurnakan pengabdian manusia kepada Allah. Sebab untuk
melaksanakan haji tersebut manusia harus mengorbankan segala – galanya (harta,
tenaga, fikiran, perasaan, anak, istri, tanah air, dan waktu) dan menanggung
segala macam perbuatan yang ditimbulkannnya (waktu berangkat, waktu disana, dan
waktu pulang).
10. Sesudah
itu orang haji diperintahkan pula untuk meresapi perjuangan Nabi Ibrahim dan
Nabi Muhammad SAW dalam pengabdian keduanya terhadap Allah dengan mengorbankan
segala – galanya dan menanggung segala macam derita yang ditimbulkannya.
3.2
Saran
Disarankan :
1. Agar
apa – apa yang telah dibicarakan itu benar – benar menjadi milik kita dan dapat
kita amalkan menuntut semestinya.
2. Semoga
tulisan ini member dorongan yang kuat kearah perbaikan tersebut.
3. Agar
semua umat islam hendaknya selalu mengamalkan Rukun Islam dalam kehidupan
sehari – sehari baik dengan penyempurnaan maupun tanpa penyempurnaan.
0 komentar:
Posting Komentar