BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP
DASAR CA MAMAE
2.1.1 Definisi
Kanker payudara
adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa
ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar
getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik
T, 2005)
Kanker payudara
adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi ganas
2.1.2 Etiologi
Tanda dan gejala
Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa ada tanda dan gejala). Tanda awal
yang paling umum terjadi adalah adanya benjolan atau penebalan pada payudara.
Kebanyakan 90 % ditemukan oleh wanita itu sendiri, akan tetapi di temukan secra
kebetulan, tidak dengan menggunakan pemeriksaan payudara sendiri (sarari),
karena itu yayasan kanker menekankan pentingnya melakukan sarari.
Tanda dan gejala
lanjut dari kanker payudara meliputi kulit sekung (lesung), retraksi atau
deviasi putting susu, dan nyeri, nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah,
dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol
sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan
tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan
gejala metastasis yang luas meliputi nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung
bagian bawah, atau pelvis, batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun,
gangguan pencernaan, pusing, penglihatan yang kabur dan sakit kepala.
2.1.3 Faktor risiko
*
Wanita usia ≥30 tahun
*
Melahirkan anak pertama usia ≥35tahun
*
Tidak kawin atau nulipara
*
Menarche ≤12 tahun
*
Menopause usia ≥55 tahun
*
Pernah mengalami trauma atau infeksi dan operasi tumor jinak
payudara
*
Terapi hormonal lama
*
Mempunyai kanker payudara kontralateral
*
Pernah mengalami radiasi daerah dada
*
Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara
*
Riwayat pribadi Ca payudara
*
Menarche dini
*
Nullipara/ usia lanjut pada kelahiran anak pertama
*
Riwayat penyakit payudara jinak
*
Kontrasepsi oral
*
Terapai pergantian hormone
*
Masukan alcohol
*
Umur > 40 tahun
Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker
payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
*
Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan
dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur
muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua.
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode
antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan
window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan
fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis.
*
Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan
terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health
menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa
walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral,
wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau
menjadi ganas.
*
Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker
payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2
kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
*
Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan
dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta
perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet
terhadap terjadinya keganasan ini.
*
Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi
prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya
dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
*
Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah
pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan
secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
*
Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga
merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan
skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada
wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan
bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1,
yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi
kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70
tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi
di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun
Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa
faktor genetik yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik
yang dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting
dalam pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang
bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam
pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
2.1.4 Manifestasi klinis
Pasien biasanya
datang dengan keluhan benjolan pada payudara,rasa sakit ,keluar cairan dari
putting susu timbulnya kelainan kulit pembesaran kelenjar getah bening. Setiap
kelainan pada payudara harus di pikirkan ganas sebelum di buktikan tidak.
Dalam anamnesis
di tanyakan adanya factor risiko pada pasien dan pengaruh siklus haid terhadap
keluhan dan perubahan ukuran tumor.
2.1.5 Patofisiologi
Kanker payudara
muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan
kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan.
Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan
bentuk, ukuran maupun fungsinya, sebagaimana sel-sel tubuh kita yang asli.
Mutasi gen ini
dipicu oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk ke dalam tubuh kita,
diantaranya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan, atau karsinogenik
yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Tetapi yang terakhir ini sangat jarang
terjadi karena secara alamiah tubuh kita mampu menetralkan zat karsinogenik
yang dihasilkan oleh tubuh.
Bersama aliran
darah dan aliran getah bening, sel-sel kanker dan racun-racun yang
dihasilkannya dapat menyebar ke seluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru,
dan liver tanpa disadari oleh penderita. Karenanya tidak mengherankan jika pada
penderita kanker payudara ditemukan benjolan di ketiak atau benjolan kelenjar
getah bening lainnya. Bahkan muncul pula
kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya. Penderita sering batuk yang tak kunjung
sembuh atau sesak napas yang berkepanjangan.
Rasa Nyeri luar
biasa pada penyakit kanker yang berkepanjangan merupakan salah satu penderitaan
yang harus ditanggung oleh penderita penyakit kanker. Penanganan rasa nyeri ini, dalam dunia
kedokteran modern ternyata merupakan salah satu masalah yang paling sulit
diatasi. Dari pengamatan, kesulitan
penanganan masalah rasa nyeri tersebut disebabkan oleh adanya faktor subyektif
dan psikologis. Disamping itu sebagian
obat yang digunakan untuk menanggulangi nyeri dapat menyebabkan ketergantungan
terhadap obat itu dan memicu penyakit aterogenik.
Pada kanker
payudara ada stadium dini (0, 1 dan 2) serta stadium lanjut (3 dan 4). Stadium 0 berarti sel kanker ada pada lapisan
kelenjar susu atau saluransusu tetapi belum menyebar ke jaringan lemak
sekitarnya. Pada stadium 1 dan 2, kanker
telah menyebar dari kelenjar susu atau saluran susu ke jaringan terdekat
disekitarnya.
Pada stadium 2
kadang-kadang kanker telah mulai mengganggu kelenjar getah bening. Stadium 3 boleh dibilang kanker payudara
dalam stadium lanjut lokal, dimana garis tengah tumor telah lebih dari dua inci
dan seringkali telah menyebar ke kelenjar getah bening dekat payudara. Pada stadium 4 kanker telah bermetastasis,
artinya kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar getah bening di
sekitar ketiak, ke bagian lain tubuh seperti tulang, hati, paru dan otak.
Kanker pada
payudara itu bisa membengkak dan pecah, kalau sudah begini bau busuk dan anyir
akan keluar dari buah dada. Keluhan lain
adalah sesak nafas karena kanker menekan paru-paru.
Tumor/neoplasma
merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi sel yang
berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya.
Neoplasma yang
maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak
terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar
sel-sel normal.
Proses jangka
panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1.
Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat i9ni
belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois lingkungan mungkin
memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan
karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan
displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya
terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan
dan individu.
2.
Fase in situ: 1-5 tahun
pada fase ini
perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan
di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit
dan akhirnya ditemukan di payudara.
3.
Fase invasi
Sel-sel menjadi
ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke jaringan
sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase
ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4.
Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin
membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.
2.1.6 Gejala klinik
Gejala-gejala
kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun
tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit
dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak
dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal.
Gejala lain
yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan
tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium
ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005)
Gejala klinis
kanker payudara dapat berupa:
- Benjolan pada payudara
Umumnya berupa
benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin
lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan
pada kulit payudara atau pada puting susu.
- Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting
susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit
jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara.
Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain:
- Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau
nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok,
atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di
ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh
(Handoyo, 1990).
Kanker payudara
lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen
sebagai berikut:
*
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit
payudara);
*
adanya nodul satelit pada kulit payudara;
*
kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
*
terdapat model parasternal;
*
terdapat nodul supraklavikula;
*
adanya edema lengan;
*
adanya metastase jauh;
*
serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu
ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar
getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila
melekat satu sama lain.
- Keluarnya cairan (Nipple discharge)
Nipple discharge
adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan tidak normal.
Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil,
menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari
puting susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat,
keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya
pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain air susu.
2.1.7 Tanda dan Gejala
Penemuan
tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit ditemukan
secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah teraba, biasanya oleh
wanita itu sendiri.
- Terdapat massa utuh (kenyal)
Biasanya pada
kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan
terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
1.
Nyeri pada daerah massa
2.
Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada
area mammae.
Dimpling terjadi
karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper.
Cara pemeriksaan:
kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa
l;alu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
- Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk)
- Pengelupasan papilla mammae
- Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah.
- Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
PENENTUAN UKURAN
TUMOR, PENYEBARAN KE KELENJAR LIMFE DAN TEMPAT LAIN PADA CARCINOMA MAMMAE
TUMOR SIZE (T)
|
|
TX
|
Tidak ada tumor
|
T0
|
Tidak dapat
ditunjukkan adanya tumor primer
|
T1
|
Tumor dengan
diameter 2 cm atau kurang
T1a diameter 0,5cm atau
kurang, tanpa fiksasi
terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
T1b >0,5 cm
tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi
terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
T1c >1 cm
tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap
fascia
dan/muskulus pectoralis
|
T2
|
Tumor dengan
diameter antar 2-5cm
T2a tanpa
fiksasi terhadap fascia dan/muskulus
pectoralis
T2b dengan fiksasi
|
T3
|
Tumor dengan
diameter >5 cm
T3a tanpa
fiksasi,
T3b dengan
fiksasi
|
T4
|
Tumor tanpa
memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secar langsung ke dalam
dinding thorak dan kulit
|
REGIONAL LIMFE
NODES (N)
|
|
NX
|
Kelenjar ketiak
tidak teraba
|
N0
|
Tidak ada
metastase kelenjar ketiak homolateral
|
N1
|
Metastase ke
kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan
|
N2
|
Metastase ke
kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi satu sama lain atau
terhadap jaringan sekitarnya
|
N3
|
Metastase ke
kelenjar homolateral supraklavikuler atau intraklavikuler terhadap edema
lengan
|
METASTASE JAUH
(M)
|
|
M0
|
Tidak ada
metastase jauh
|
M1
|
Metastase jauh
termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara
|
STADIUM KLINIS
KANKER PAYUDARA
STADIUM
|
T
|
N
|
M
|
0
|
T1s
|
N0
|
M0
|
I
|
T1
|
N0
|
M0
|
IIA
|
T0
T1
T2
|
N1
N1
N0 |
M0
M0
M0
|
IIB
|
T2
T3
|
N1
N2
|
M0
M0
|
IIIA
|
T0
T1
T2
T3
|
N2
N2
N2
N1,
N2
|
M0
M0
M0
M0
|
IIIB
|
T4
Semua
T
|
Semua
N
N3
|
M0
M0
|
IV
|
Semua
T
|
Semua
N
|
M1
|
Stadium kanker
payudara
Stadium
1 : tumor terbatas pada payudara dengan ukuran ≤2 cm, tidak terfiksasi pada
kulit atau otot pertoralis tanpa dugaan mestastasis axial
Stadium
II : tumor dengan diameter ≤2 cm dengan mestastasis axila atau tumor dengan
diameter 2-5 cm dengan/tanpa mestastasis axial
Stadium
IIIa : tumor dengan diameter ≥5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya
dengan/tanpa mestastasis axila yang masih bebas satu sama lain atau tumor
dengan mestastasis axila yang melekat
Stadium
IIIb : tumor dengan metastasis infra atau supraklafikula atau tumor yang telah
menginfiltrasi kulit atau dinding toraks
Stadium
IV : tumor yang telah mengadakan mestastasis jauh
Klasifikasi
Terdapat beberapa
jenis sel kanker yang dapat terkultur pada kanker payudara, yaitu sel MCF-7,
sel T-47D, sel MDA-MB-231, sel MB-MDA-468, sel BT-20 dan sel BT-549.
Histopatologi
Berdasarkan WHO
Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan
sebagai berikut:
- Non-invasif karsinoma
Non-invasif
duktal karsinoma
Lobular karsinoma
in situ
- Invasif karsinoma
Invasif duktal
karsinoma
Papilobular
karsinoma
Solid-tubular
karsinoma
Scirrhous
karsinoma
Special
types
Mucinous
karsinoma
Medulare
karsinoma
Invasif lobular
karsinoma
Adenoid
cystic karsinoma
karsinoma
sel squamos
karsinoma
sel spindel
Apocrin
karsinoma
Karsinoma
dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
Tubular
karsinoma
Sekretori
karsinoma
Lainnya
- Paget's Disease
Stadium
Stadium penyakit
kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu
penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker
dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan,
scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang
paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi
sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer
dari World Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang
disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons).
Sistem TNM
TNM merupakan
singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N"
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu
metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara
klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan
pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai
berikut:
- T (tumor size), ukuran tumor:
T 0: tidak
ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor
diameter 2 cm atau kurang
T 2: ukuran tumor
diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor
diameter > 5 cm
T 4: ukuran tumor
berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding
dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
- N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):
N 0: tidak
terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
N 1: ada
metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2: ada
metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3: ada
metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau
pada
kgb di mammary interna di dekat tulang sternum
- M (metastasis), penyebaran jauh:
M x: metastasis
jauh belum dapat dinilai
M 0: tidak
terdapat metastasis jauh
M 1: terdapat
metastasis jauh
Setelah
masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian
digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
Stadium 0: T0 N0
M0
Stadium 1: T1 N0
M0
Stadium II A: T0
N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
Stadium II B: T2
N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A: T0
N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
Stadium III B: T4
N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
Stadium III C:
Tiap T N3 M0
Stadium IV: Tiap
T-Tiap N-M1
Genetik
Array-mikro DNA
Array-mikro DNA
merupakan suatu metode yang diawali dengan membandingkan sel normal dengan sel
kanker dan melihat perbedaan yang terjadi pada ekspresi genetik antara dua
jenis sel. Walaupun perbedaan ekspresi genetik tersebut belum tentu menunjukkan
ciri khas onkogen sel kanker, namun beberapa grup periset mempertimbangkan
bahwa beberapa grup/kluster gen mempunyai kecenderungan untuk meninggalkan
jejak genetik pada sel lain hingga terjadi ekspresi genetik yang sama, yang
disebut profil genetik. Dengan demikian, dinamika fungsional gen dan genom
dapat diamati seperti proses transkripsi mRNA, identifikasi domain pengikat
dari protein asam nukleat, analisa single-nucleotide polymorphism.
Sejumlah profil
genetik telah diajukan oleh berbagai pihak, beberapa diantaranya adalah:
*
Profil genetik dari American Society of Clinical Oncology
yang menawarkan klasifikasi berdasarkan CA 15.3, CA 27.29, CEA, pencerap
estrogen, pencerap progesteron, pencerap faktor pertumbuhan epidermal-2,
aktivator plasminogen urokinase, penghambat aktivator plasminogen 1. Penggunaan
kategori berikut sebagai dasar diagnosa juga dianggap belum cukup;
DNA/ploiditas dengan penggunaan sitometri, p53, cathepsin D, siklin E,
multiparameter assays tertentu, deteksi metastasis-mikro pada sumsum tulang dan
kadar sel tumor dalam sirkulasi darah.
*
Profil genetik yang disebut normal breast-like, basal, luminal
A, luminal B, dan ERBB2+.
*
Subtipe berdasarkan ESR1/ERBB2 dengan profil ESR1+/ERBB2-,
ESR1-/ERBB2-, dan ERBB2+.
Profil intrinsik Perou-Sørlie
Dari sudut
pandang histologi, sel tumor payudara merupakan jaringan kompleks yang terdiri
dari berbagai jenis sel selain sel kanker. Untuk mendapatkan profil genetik
dari sebuah tumor, perlu diketahui ekspresi genetik khas dari tiap sel yang
merupakan hasil transkripsi kluster gen tertentu, kemudian dicari kesamaan
kluster pada sel lain dari jenis yang berbeda.
Pada profil
intrinsik, ditemukan 8 kluster genetik yang merupakan variasi sel-sel tertentu
yang terdapat di dalam tumor.
- Sel endotelial. Sebuah kluster gen merupakan ciri khas ekspresi genetik sel endotelial, seperti CD34, CD31, faktor von Willebrand, baik sel endotelial dari kultur HUVEC maupun HMVEC.
- Sel stromal. Ekspresi protein dari sel stromal merupakan kluster genetik yang teridentifikasi terlebih dahulu dan meliputi beberapa isomer kolagen
- Sel payudara normal maupun yang kaya akan adiposa dengan kluster genetik meliputi fatty-acid binding protein 4 dan PPAR
- Sel B, meninggalkan jejak genetik seperti ekspresi gen berupa protein imunoglobulin saat melakukan infiltrasi dan memberikan variasi pada kluster genetik seperti yang terjadi pada ekspresi sel RPMI-8226 dari kultur mieloma multipel.
- Sel T juga meninggalkan jejak genetik yang menjadi indikasi aktivitas infiltrasi. Sebuah kluster geneteik meliputi kluster diferensiasi CD3 dan 2 subunit pencerap sel T ditemukan pada sel MOLT-4 dari kultur leukimia.
- Makrofaga. Sebuah kluster genetik yang nampaknya merupakan ciri khas makrofaga/monosit adalah ekspresi CD68, acid phosphatase 5, chitinase dan lysozyme.
Terdapat dua
jenis sel epitelial pada kelenjar ini, yaitu sel basal atau sel mioepitelial,
dan sel epitelial luminal. Banyak gen yang hanya dimiliki oleh salah satu jenis
sel ini dan jarang ditemukan gen yang dimiliki oleh kedua sel. Kluster genetik
sel basal meliputi keratin-5, keratin-17, integrin-4 dan laminin. Sedangkan
kluster genetik sel luminal meliputi faktor transkripsi yang berkaitan dengan
pencerap estrogen seperti GATA-binding protein-3, X-box binding protein-1 dan
hepatocyte nuclear factor-3.
Lintasan onkogenik
Klasifikasi
menurut lintasan onkogenik terbagi menjadi 4 subtipe yang disebut
- luminal A yang disertai ekspresi pencerap hormon, baik estrogen, progesteron maupun keduanya, dan tanpa ekspresi HER-2 (bahasa Inggris: human epidermal growth factor receptor 2). Pada subtipe luminal A, terjadi ekspresi berlebihan protein yang berperan dalam lintasan metabolisme asam lemak dan lintasan transduksi sinyal selular yang menggunakan steroid, khususnya melalui ekspresi pencerap estrogen.
- luminal B dengan pencerap hormon +, HER-2 +.
- triple negative dengan pencerap hormon -, HER-2 -.
- HER-2 over-expressing dengan pengecerap hormon -, HER-2 +.
Berdasarkan
klasifikasi ini, hasil sampling dari 2.544 kasus yang terjadi di Amerika, 73%
didapati mengidap subtipe luminal A, 12% penderita luminal B, 11% adalah kanker
triple negative dan 4% merupakan jenis HER-2 over-expressing.
Beberapa ahli lain menambahkan subtipe seperti;
- basal-like dengan ekspresi berlebih protein yang berperan pada proliferasi dan diferensiasi sel, lintasan p21 dan transduksi sinyal dalam siklus sel pada checkpoint antara fasa G1 dan fasa S.
- basal A dengan lintasan ETS dan gen BRCA1.
- basal B dengan lintasan sel mesenkimal dan/atau sel punca/sel progenitor
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
1)
Mammografi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur
internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
2)
Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor
sulit dengan kista.
3)
CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma
payudara pada organ lain
4)
Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
5)
Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan
menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan
sentrifugis darah.
(Michael D,
dkk, 2005, hal : 15-66)
- Laboratorium meliputi:
1)
Morfologi sel darah
2)
Laju endap darah
3)
Tes faal hati
4)
Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
5)
Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini
memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar sponyan dari putting
payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
- Tes diagnosis lain
a. Non invasif
1). Mamografi
Yaitu shadowgraph jaringan
lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang penting. Mamografi dapat mendeteksi
massa yang terlalu kecil untuk dapat diraba. Dalam beberapa keadaan dapat
memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari massa yang teraba.
Mamografi dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita yang
asimptomatis dan memberikan keterangan untuk menuntun diagnosis suatu kelainan.
2). Radiologi
(foto roentgen thorak)
3). USG
Teknik pemeriksaan ini
banyak digunakan untuk membedakan antara massa yang solit dengan massa yang
kistik. Disamping itu dapat menginterpretasikan hasil mammografi terhadap
lokasi massa pada jaringan patudar yang tebal/padat.
4). Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini menggunakan
bahan kontras/radiopaque melaui intra vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh
massa kanker dari massa tumor. Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.
5). Positive
Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk
mendeteksi ca mamae terutama untuk mengetahui metastase ke sisi lain.
Menggunakan bahan radioaktif mengandung molekul glukosa, pemeriksaan ini mahal
dan jarang digunakan.
b. Invasif
1). Biopsi
Pemeriksaan ini dengan
mengangkat jaringan dari massa payudara untuk pemeriksaan histology untuk
memastikan keganasannya. Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2
tindakan menggunakan insisi pemmbedahan.
a). Aspirasi
biopsy
Dengan aspirasi
jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat, kista akan
mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil mammogram normal dan tidak
terjadi kekambuhan pembentukan massa srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan
tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk kembali atau jika cairan
spinal mengandung darah,maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy
pembedahan.
b). Tru-Cut atau
Core biopsy
Biopsi dilakukan
dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy mammografi dan personal untuk
memndu jarum pada massa/lesi tersebut. Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli
bedah ataupun pasien karena lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang
berlebihan dan biaya tidak mahal.
c). Insisi biopsy
Sebagian massa
dibuang
d). Eksisi biopsy
Seluruh massa
diangkat
Hasil biopsy
dapat digunakan selama 36 wad untuk dilakukan pemeriksaan histologik secara
frozen section.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi dari
kanker payudara adalah metastase ke tulang, jika hal itu terjadi di tulang
belakang maka akan terjadi kompresi medula spinalis.
Komplikasi utama
dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang
kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia.
Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan
metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.
2.1.10 Diagnosis
Diagnosis pasti
hanya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis yang dilakukan dengan :
1.
Biopsi eksisi : mengangkat seluruh jaringan tumor dengan
sedikit jaringan sehat disekitarnya bila tumor ≤5 cm
2.
Biopsi insisi : mengangkat sebagian jaringan tumor dan
sedikit jaringan sehat dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperable dan ≥5 cm
2.1.11 Pencegahan
1.
Kesadaran SADARI dilakukan setiap bulan.
2.
Jika menemukan gumpalan / benjolan pada payudara segera
kedokter.
3.
Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga.
Menurut penelitian 10 % dari semua kasus kanker payudara adalah factor gen.
4.
Perhatikan konsumsi alcohol. Dalam penelitian menyebutkan
alcohol meningkatkan estrogen.
5.
Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara.
6.
Olah raga teratur. Penelitian menunjukkan bahwa semakin
kurang berolah raga, semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh.
7.
Kurangi makanan berlemak. Gaya hidup barat tertentu nampaknya
dapat meningkatkan risiko penyakit.
8.
Usia > 50 th lakukan srening payudara teratur. 80% Kanker
payudara terjadi pada usia > 50 th
9.
Rileks / hindari stress berat. Menurunkan tingkat stress akan
menguntungkan untuk semua kesehatan secara menyeluruh termasuk risiko kanker
payudara
Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan
milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling
efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan
deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan
antara lain berupa:
1.
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu
bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat"
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko
dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin
sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
2.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki
risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini
terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap
dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
*
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan
cancer risk assessement survey.
*
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
dilakukan mammografi setiap tahun.
*
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun
sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta
menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang
melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang
tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%,
bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini
menjadi 75%
3.
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh
banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium
tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan
untuk mencari pengobatan alternatif.
2.1.12 Penatalaksanaan
Pembedahan
1.
Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai
dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas
dengan kulit yang terkena).
Mulai dari lumpektomi
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi
(pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh
jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis
tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad)
2.
Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh
payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
3.
Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian
besar jaringan aksial
1)
Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya
: seluruh isi aksial.
2)
Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
Non pembedahan
1.
Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar
limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase
tulang, metastase kelenjar limfe aksila, kekambuhan tumor local atau regional
setelah mastektomi
2.
Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah
mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3.
Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar,
memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi
hipofisektomi.
4.
Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas
osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis
yang diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara
menuju tulang. Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat dapat ditoleransi
tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti
osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
CT dapat menginduksi sel
kanker payudara untuk memproduksi cAMP dan menghambat perkembangan sel
kanker.[19]Molekul cAMP tersebut terbentuk dari ekspresi pencerap CT yang
terhubung adenylate cyclase oleh paling tidak satu buah guanine
nucleotide-binding protein. Respon cAMP terhadap CT dapat menurun ketika sel
terinkubasi senyawa mitogenik berupa 17beta-estradiol dan EGF; dan meningkat
seiring inkubasi senyawa penghambat pertumbuhan seperti tamoxifen dan
1,25(OH)2D3; serta oligonukleotida dan proto-onkogen c-myc. Namun penggunaan
tamoxifen meningkatkan risiko terjadi polip endometrial, hiperplasia dan
kanker, melalui mekanisme adrenomedulin.
Respon berupa produksi cAMP
yang kuat, tidak ditemukan pada senyawa selain CT. Senyawa efektor adenylate
cyclase seperti forskolin dan senyawa beta-adrenergic receptor agonist seperti
isoproterenol hanya menghasilkan sedikit produksi cAMP.
Pada sel MDA-MB-231, CT akan
menginduksi fosforilasi c-Raf pada serina posisi ke 259 melalui lintasan
protein kinase A dan menyebabkan terhambatnya fosforilasi ERK1/2 yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup sel MDA-MB-231, dan menghambat ekspresi mRNA
uPA yang diperlukan sel MDA-MB-231 untuk invasi dan metastasis. Walaupun
demikian kalsitonin tidak mempunyai efek yang signifan untuk menghambat
proliferasi sel MCF-7. Apoptosis sel MDA-MB-231 juga diinduksi oleh asam lipoat
yang menghambat fosforilasi Akt dan mRNA AKT, aktivitas Bcl-2 dan protein Bax,
MMP-9 dan MMP-2, serta meningkatkan aktivitas kaspase-3.
Pengobatan paliatif kanker payudara tidak dapat
dijalankan menurut suatu skema yang kaku, selalu dipertimabngkan kasus demi
kasus. Terapi kemoterapi diberikan bila ada metastasis visceral terutama ke
otak dan limphangitik dan jika terpai hormonal tidak dapat mengatasi atau
penyakit tersebut telah berkembang sebelumnya, dan jika tumor tersebut ER
negative.
2.1.13 Bahan-bahan yang Diduga Pemicu Kanker.
Pemicu kanker
pada dasarnya BELUM DIKETAHUI secara pasti, namun terdapat bahan-bahan yang
diduga sebagai pemicu kanker.
Bahan-bahan yang dimaksud disebut karsinogenik.
Bahan-bahan yang
masuk dalam kelompok karsinogen yaitu:
*
Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccarin,
asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
*
Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar -x, nuklir, dan
radionukleide.
*
Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus
(papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus
*
Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi
kanker
*
Kelemahan genetik sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan
munculnya kanker.
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA CA MAMAE
I. PENGKAJIAN
Tanggal : Jam
:
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata (umur)
Paling banyak
terjadi pada wanita berumur 40-49 tahun.
2. Alasan Kunjungan
Mengeluh adanya
benjolan abnormal di payudara, keluar cairan dari putting susu, timbulnya
kelainan kulit yaitu kulit berwarna merah dan payudaramengeras,bengkak dan
nyeri.
3. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat haid
Menarche : biasanya pasien dengan ca
mamae adalah ≤12 tahun
Siklus : tidak berpengaruh
Lamanya : tidak berpengaruh
Banyaknya : tidak berpengaruh
Dysmenorrhea : tidak berpengaruh
Fluoralbus : tidak berpengaruh
b. Riwayat kehamilan
Pada wanita nulipara
c. Riwayat Persalinan
Tidak mempengaruhi terjadinya ca
mamae
d. Riwayat KB
Biasanya memakai KB hormonal yang
terlalu lama
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah pasien pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama .
Apakah pernah mengalami
infeksi,trauma atau operasi jinak payudara
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh
adanya benjolan pada payudara,nyeri dan timbul kelainan kulit payudara
c. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat
keluarga dengan kanker payudara
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Nafsu makan tidak
terpengaruh
b. Pola Istirahat
Terganggu karena
adanya nyeri dan benjolan abnormal pada payudara
c. Pola aktivitas
Lebih banyak
istirahat karena membatasi gerakan saat nyeri datang
d. Pola eliminasi
BAB dan BAK tidak
terpengaruh
e. Pola personal hygiene
Personal hygiene
cukup
6. Keadaan psikososial
a. Keadaan psikologi : pasien khawatir dengan
kondisinya
b.
Keadaan sosial : membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan pekerjaan
tertentu.
B.
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : meningkat S : 365 – 375 0C
N: meningkat RR : meningkat
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Mata : conjungtiva
pucat, sclera putih, kelopak mata tidak cowong.
Axila : terdapat
pembesaran kelenjar limfe
Payudara : adanya
benjolan abnormal dan kelainan kulit yaitu kemerahan
b. Auskultasi
Dada : tidak
terdengar ronchi dan wheezing
c. Perkusi
Reflek patella
+/+
3. Pemeriksaan Penunjang
- USG
- Mammografi
- Aspirasi jarum
halus
II. INTERPRESTASI DATA DASAR DAN DIAGNOSA MASALAH
Dx : Ny “…” umur ... tahun dengan Ca Mamae
Ds : Ibu mengeluh adanya benjolan pada payudara,
kemerahan dan nyeri
DO : K/U : lemah
Kesadaran :
Composmentris
TTV : TD :
meningkat S : 365 – 375 0C atau 375 0C
N :
meningkat RR : meningkat
Antara payudara
kanan dan kiri berbeda yaitu pada payudara kanan terlihat adanya benjolan
abnormal dan kemerahan.
Pemeriksaan Penunjang
- USG
- Mammografi
- Aspirasi
jarum halus
III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
- Efek
kemoterapi
- Metastase
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
HE tentang
kemoterapi dan metastase
V. INTERVENSI
- Melakukan pendekatan terapiutik pada pasien
Rasional : agar
terjalin kerja sama yang baik antara nakes dan pasien dan dapat kooperatif
dalam memberikan asuhan kebidanan
- Ukur tanda-tanda vital
Rasional : untuk
mengetahui perkembangan kesehatan pasien
- Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk
mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien
sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
- Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat
mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat
mengurangi nyeri.
- Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional :
Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2
ke seluruh jaringan.
- Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional : untuk
mempercepat proses penyebuhan
- Anjurkan ibu untuk melakukan kemoterapi
Rasional : untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker
- Anjurkan ibu untuk kontrol rutin
Rasional : untuk
memantau perkembangan kesehatan pasien
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : Jam
:
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi,
implementasi yang komprehensif merupakan perwujudan dari perencanaan yang telah
disusun pada tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan dapat diselesaikan dengan
baik bila diterapkan berdasarkan diagnosa masalah.
VII. EVALUASI
Tanggal : Jam
:
Merupakan seperangkat tindakan yang saling berhubungan
untuk mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria. Guna
evaluasi ini adalah untuk menyusun langkah baru dalam asuhan kebidanan,
menunjang tanggung jawab dan tanggung gugat dalam asuhan kebidanan :
S : Data yang
didapat dari pernyataaan klien / keluarga secara langsung
O : Data yang
didapat dari hasil pemeriksaan dan observasi
A : Pernyataan
gangguan yang terjadi atas dasar subyektif dan obyektif
P : Perencanaan
yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar