Total Tayangan Halaman

Senin, 08 Oktober 2012

KURETASE

Pengertian Kuretase
 
      Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi. Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG ) Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson, 1988).


Tujuan Kuretase 

Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua yaitu:
  1. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.
  2. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret.  

Persiapan Sebelum Kuretase 
• Konseling pra tindakan : 
1) Memberi informed consent 
2) Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita 
3) Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan: garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan 
4) memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan. 

• Pemeriksaan sebelum curretage 
1. USG (ultrasonografi) 
2. Mengukur tensi dan Hb darah 
3. Memeriksa sistim pernafasan 
4. Mengatasi perdarahan 
5. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit 

• Persiapan tindakan 
1) menyiapkan pasien 
• mengosongkan kandung kemih 
• membersihkan genetalia eksterna 
• membantu pasien naik ke meja ginek 
• Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya. 
• Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
• Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar. 
• Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari ruangan 
• Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal. 
• Cek adanya perdarahan Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing-masing, dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien sembuh.
Persiapan psikologis 
     Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya. Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian. 
• Mengganti baju pasien dengan baju operasi 
• Memakaikan baju operasi kepada pasien dan gelang sebagai identitas 
• Pasien dibawa ke ruang operasi yang telah ditentukan 
• Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, kemudian pasien dibius dengan anesthesi narkose 
• Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG 
• Bebaskan area yang akan dikuret 

2) Persiapan petugas 
a) mencuci tangan dengan sabun antiseptic 
b) baik dokter maupun perawat instrumen melakukan cuci tangan steril 
c) memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril 
d) Perawat instrumen memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan digunakan dalamtindakan kuret 
e) Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan 

3) Persiapan alat dan obat
a) Alat tenun, terdiri dari : 
• baju operasi 
• laken 
• doek kecil 
• sarung meja mayo 

b) Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic berisi : 
• Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek  (1) dan SIMS/L (2) ukuran S/M/L) speculum 2 Buah. 
• Sonde (penduga) uterus: 1) untuk mengukur kedalaman rahim 2) untuk mengetahui lebarnya lubang vagina 
• Cunam muzeus atau Cunam porsio 
• Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar 
• Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET) 
• Cunam tampon (1 buah) 
 • Pinset dan klem 
• Kain steril, dan sarung tangan dua pasang. 
• Menyiapkan alat kuret AVM 
• Ranjang ginekologi dengan penopang kaki 
• Meja dorong / meja instrument 
• Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM ) 
• AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula) 
• Tenakulum (1 buah) 
• Klem ovum/fenster (2 buah) 
• Mangkok logam 
• Dilagator/ busi hegar (1 set) 
• Lampu sorot 
• Kain atas bokong dan penutup perut bawah 
• Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, lkohol) 
• Tensimeter dan stetoskop 
• Sarung tangan DTT dan alas kaki 
• Set infus 
• Abocatt 
• Cairan infus 
 • Wings 
• Kateter Karet 1 buah
 • Spuit 3 cc dan 5 cc

 c) Obat-obatan : 
• Analgetik ( petidin 1-2 mg/Kg BB ) 
Indikasi Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah 
Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala 
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan  
Sediaan Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg 
• Ketamin HCL 0.5 ml/ Kg BB 
Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur mirip dengan phencyclidine. 11 Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika selama perang Vietnam. Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum. Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah – muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena. 
Mekanisme kerja Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik. 
Efek farmakologis Efek pada susunan saraf pusat Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial. 
Efek pada mata Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis. 
Efek pada sistem kardiovaskular. Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Efek pada sistem respirasi Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien ashma.
Dosis dan pemberian Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. 
Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10 – 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai. 
Efek samping Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia. 
Kontra indikasi Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll. 
• Tramadol 1-2 mg/ BB Indikasi Nyeri sedang sampai berat 
 Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala 
 Efek samping Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian. 
Sediaan Tramadol (generik) injeksi 50 mg/ml, tablet 50 mg 
• Sedativa ( diazepam 10 mg) 
Indikasi Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot. 
Cara Pemberian Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat : (kedalam vena besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit) untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam.
Catatan : Rute i.m hanya digunakan jika rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan.
Kontraindikasi Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai dengan depresi. 
Efek Samping Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. 
Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut. 
• Atropine sulfas 0.25- 0.50 mg/ml 
Indikasi Spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus, keracunan fosfor organik.  
Kontraindikasi Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan dan saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran pencernaan, ileus paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius. 
Dosis : 0.25- 0.50 mg/ml • Oksigen dan regulator Pemberian oksigen dilakukan setelah post operasi pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan. 


Perawatan Setelah Kuretase 

Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya. 
Hal-hal yang perlu juga dilakukan: 
1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum 
2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room 
3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih 
4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan. 
5. Konseling pasca tindakan 
6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi 4. Dampak Setelah Kuretase Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. 
Berikut adalah dampaknya: 
a. Perdarahan Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.” 
b. Cerukan di Dinding Rahim Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim. 
c. Gangguan Haid Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid. 
d. Infeksi Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah. 
e. Kanker Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.

Kamis, 30 Agustus 2012

POST PARTUM PSIKOSA

Created by : Wiwik Anggraeni
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pertama kali dikenal sebagai gangguan pada tahun 1850, psikosis postpartum adalah suatu kondisi mental yang sangat serius yang memerlukan perhatian medis segera.  Menariknya, studi tentang tingkat gangguan telah menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang mengalami psikosis postpartum tidak berubah sejak pertengahan 1800-an.
Sementara itu adalah bentuk paling ekstrim dari gangguan mood pascamelahirkan, psikosis pascapersalinan juga merupakan salah satu yang paling langka.  Biasanya digambarkan sebagai periode ketika seorang wanita kehilangan sentuhan dengan realitas, gangguan tersebut terjadi pada wanita yang baru melahirkan.  Ini mempengaruhi antara satu dan dua perempuan per 1.000 wanita yang telah melahirkan.
Sayangnya, meskipun banyak wanita dengan gangguan tersebut menyadari sesuatu yang salah dengan mereka, kurang dari 20% benar-benar berbicara kepada penyedia pelayanan kesehatan mereka.  Masih sedih adalah kenyataan bahwa psikosis postpartum sering salah didiagnosis atau dianggap depresi postpartum , sehingga mencegah seorang wanita menerima perhatian medis yang tepat yang dia butuhkan.
Wanita yang tidak menerima pengobatan yang tepat seringkali merespon dengan baik tapi biasanya mengalami depresi pascamelahirkan sebelum benar-benar pulih.  Namun, tanpa pengobatan, psikosis dapat menyebabkan konsekuensi yang tragis.  Psikosis postpartum memiliki tingkat bunuh diri 5% dan tingkat pembunuhan bayi 4%.
Meskipun timbulnya gejala dapat terjadi kapan saja dalam tiga bulan pertama setelah melahirkan, wanita yang memiliki postpartum psikosis biasanya mengalami gejala dalam 2-3 minggu pertama setelah melahirkan.  Gejala psikosis postpartum biasanya muncul tiba-tiba, dalam 80% kasus, psikosis terjadi tiga sampai 14 hari setelah periode bebas gejala.
Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini kita sebagai bidan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.



1.2  RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu Bagaimana Penanganan Gangguan Psikologi Post Partum.

1.3  TUJUAN
  1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara penanganan pada gangguan psikologi post partum.
  1. Tujuan Khusus
a.       Mengetahui apa itu gangguan psikologi post partum.
b.      Mengetahui apa saja gangguan psikologi post partum
c.       Mengetahui penyebab gangguan psikologi post partum.
d.      Mengetahui gejala pada gangguan psikologi post partum.
e.       Mengetahui gambaran klinis gangguan psikologi post partum.
f.       Mengetahui pencegahan gangguan psikologi post partum.
g.      Mengetahui bagaimana penanganan gangguan psikologi post partum.

1.4  MANFAAT
  1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
  1. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.











BAB II
ISI

2.1  Definisi
Psikosa adalah gangguan kejiwaan yang meliputi keseluruhan pribadi seseorang, sehingga orang yang mengalami tidak bisa lagi menyesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum.
Psikoneurossa adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian, sehingga orang-orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan -pekerjaan biasa atau masih dapat belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Psikopat merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan kesulitan penyesuaian diri atau timbul akibat ketidakmampuan untuk mengikuti norma norma yang ada dilingkungan. Penderita memperlihatkan adanya sikap egosentris yang besar, seolah-olah patokan untuk semua perbuatan adalah dirinya sendiri. Ciri lainnya adalah keinginan un tuk menguntungkan diri sendiri tanpa memperdulikan pihak lain.
Dalam bentuk yang ringan, gannguan kejiwaan seperti diatas disebut dengan character disorser yang dapat kita lihat, misalnya pada seseorang yang eksentrik yang berdandan sesuai dengan seleranya sendiri tanpa memperdulikan apakah dandanannya tersebut akan jadi bahan tertawaan atau tidak.
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
*        Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
*        Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.

2.2  Faktor Resiko
  • Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia
  • Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
  • Berulang pada 20 – 50 % kasus.
  • Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup
  • Skizofrenia : gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
  • Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
  • Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.
Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki peningkatan risiko mengembangkan psikosis postpartum.  Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan gangguan tersebut.  Additonally, wanita yang telah memiliki insiden masa lalu postpartum psikosis adalah antara 20% dan 50% lebih mungkin mengalami lagi dalam masa kehamilan.

2.3  Etiologi
  • Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik )
  • Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
  • Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dll )
  • Faktor keturunan
  • Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
  • Perubahan hormonal yang cepat.
  • Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
  • Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
  • Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
  • Merasa terisolasi.
  • Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu masalah, ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.

2.4  EPIDEMIOLOGI
1 di antara 1000 ibu baru

2.5  ANAMNESIS
Onsetnya mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran. Sebagian besar muncul dengan depresi, tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana hati yang elasi.iritabel, disinhibisi.bertindak semaunya, perhatiannya mudah teralihkan, aktivitas berlebihan, pemboros, suka menyerang, tidak banya bicara, loncat gagasan/flight of idea, kurang tidur), halusinasi, waham, kebingungan, kurangnya tilikan.

2.6  PATOFISIOLOGI
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri yang merupaka reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai ibu yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan jati dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan bukan suatu sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat, antara lain postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari pertama sampai 4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa ini dapat terjadi sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya dan merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan diri sendiri dan mengganggu lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi, penelitian menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.

2.7  TANDA DAN GEJALA
2.7.1        Gejala awal :
·         Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
·         Sulit tidur atau imsomnia
·         Sering menangis
·         Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
·         Merasa Letih dan lelah
·         Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
·         Mudah tersinggung / labil
·         Sakit kepala
·         Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
·         Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
·         Menolak makan dan minum
2.7.2        Gejala lanjutan :
·         Curiga berlebihan
·         Kebingungan
·         Sulit konsentrasi
·         Bicara meracau atau inkoheren
·         Irasional
·         Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
·         Agresif
·         Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa postpartum. Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1.      delusi
2.      halusinasi
3.      gangguan saat tidur
4.      obsesi mengenai bayi

2.8  GEJALA KLINIK
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.

2.9  PEMERIKSAAN
  1. Ibu : bertindak semaunya, berbusana tidak sesuai
  2. Bayi : bukti adanya penelantaran

2.10          PATOLOGI
Tidak ada patologi yang dapat diidentifikasi

2.11          PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang

2.12          PENANGANAN
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.

2.13          PENCEGAHAN
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
·         Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
·         Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
·         Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan.
·         Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
·         Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
·         Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.
·         Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau membersihkan rumah.
·         Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.


2.14          Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk membantu mereka mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis dan terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling dan dukungan psikologis kelompok. Dengan perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1.      beristirahat cukup
2.      mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3.      bergabung dengan orang-orang yang baru
4.      bersikap fleksible
5.      berbagi cerita dengan orang terdekat
6.      sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi). Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara hati – hati jika menyusui).

2.10 pengobatan
  • Idem dg depressi
  • Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain : dirawat di rumah sakit.
  • Obat2 : anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas.




2.11  KOMPLIKASI
·         Bunuh diri
·         Penelantaran anak
·         Pengasuhan yang tidak sesuai
·         Berpikir untuk menyakiti
·         Pembunuhan bayi

2.12  PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis masa nifas yang berulang. 50 % mengalami episode psikosis berulang.

























BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.

3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.











DAFTAR PUSTAKA

http://bukankuyg biasa.blogspot.com/2007/02/psikosa -post-partum/
http://fadlan’s world-sheikh famili-psikosa pasca melahirkan/
Misha Datta…. [et al.]). 2009. Rujukan cepat obstetric & ginekologi.; alih bahasa, Toni
         Priliono ; editor edisi bahasa Indonesia, Andita Novrianti, Windriya Kerta Nirmala.
         Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Jakarta : EGC