BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saai ini persalinan dengan sectio caesarea bukan hak
yang baru lagi bagi para ibu maupun golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini
terbukti dengan meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesarea di
Indonesia. Peningkatan persalinan dengan sectio caesarea in disebabkan karena
berkembangnya indikasi dan makin kecilnya resiko dan mortalitas pada sectio
caesarea yang didukung dengan kemajuan teknik operasi dan anesthesia, serta
ampuhnya antibiotika dan keotherapie (Mochtar, 1998).
Peningkatan persalinan sectio caesarea di Indonesia dalam
kurun waktu 20 tahun terakhir dari 5% menjadi 20% (Danfort, 2002) dan tercatat
dari 35,7% - 55,3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesarea. Di jawa timur,
rumah sakit umum daerah Dr. Soetomo sebagai Rumah Sakit rujukan terbesar di
Jawa Timur ditemukan bahwa angka kejadian persalinan sectio caesarea pada tahun
2006 adalah 1393 kasus (22,4%) dari total persalinan (Jurnal Penelitian, 2006).
Seperti yang diketahui bahwa sectio caesarea adalah
suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan emalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dalam keadaan utuh dan berat
rahim diatas 500 gram (Saifudin, 2002). Melahirkan dengan sectio caesarea
seharusnya dilakukan dengan jalan operasi. Indikasi meds ada dua faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor janin terdiri dari bayi
terlalu besar, kelainan letak, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor
plasenta, kelainan tali pusat dan bayi kembar, sedangkan faktor ibu tediri dari
usia, jumlah anak yang dilahirkan
(paritas), tulang panggul, riwayat persalinan yang lalu dengan sectio caesarea.
Kalau ibu baru satukali bedah caesar, silahkan saja
melahirkan alami. Umumnya keberhasilannya 80 persen. Jadi, sekali dibedah
caesar tidak selalu harus caesar lagi. Biasanya, kita lihat saat proses
persalinan, kalau silahkan melahirkan normal, toh ada keberhasilan 70%. Kalau
macet baru bedah caesar. Tidak terlambat, masih ada waktu. Kegagalan memang
bisa terjadi, misalnya karena proses persalinan tidak maju atau macet akibat
tali pusat pendek.
Jarak yang dekat antara kehamilan satu dengan yang
lain juga bukan indikasi harus bedah caesar. Dulu, lima tahun setelah bedah
cesar, ibu bersangkutan diminta tidak hamil dulu. Kemudian waktu berkurang
menjadi tiga tahun, dua tahun dan akhirnya sekarang setelah setahun ibu boleh
hamil lagi. Bedah caesar berulang bisa terjadi, misalnya bayi besar dan panggul
sempit sehingga setiap kali melahirkan harus bedah caesar. Umumnya bedah caesar
dibatasi sampai tiga kali, namun tidak berarti tidak boleh lebih dari tiga
kali. Kalu bisa jangan, karena semakin sering dibedah, keadaan didalam tubuh
ibu semakin semrawut (Yusmin dan Dodi, 2007).
Melahirkan dengan sectio caesarea juga memiliki
resiko terjadi komplikasi pembedahan cukup besar yaitu 25-50% (Danfort, 2002). Komplikasi yang
terjadi antara lain alergi, cedera pada organ lain, infeksi yang dapat
mempengaruhi ibu maupun bayinya (Dini Kasdu, 2003). Dalam hal ini bidan yang
paling utama sebagai pemberi pelayanan diharapkan mampu memberikan tindakan
terhadap masalah yang dialami ibu sesuai kewenangannya terutama dalam hal ini
jika konservatif artinya tidak terlalu banyak melkukan intervensi, sikap yang
penting jika menemukan kasusu ibu hamil dengan bekas sectio caesarea di
masyarakat adalah melakukan rujukan sehingga penanganan persalinan pada ibu
dengan riwayat bekas sectio caesarea mendapat penanganan yang tepat dan
sebagaimana mestinya. Faktor penghambat jalan lahir antara kelainankontraksi rahim,
ketban pecah dini dan preeklamsia. Dari sekian indikasi medis, dilakukannya sectio
caesarea salah satu faktor indikasi dari faktor ibu sekarangn ini sering
terjadi yaitu dengan riwayat persalinan yang lalu dengan sectio caesarea.
Berdasarkan penelitian, sedangkan kemungkinan akan terjadi robekan di bekas
sayatan dinding rahim terdahulu berkusar antara 1,2-1,8% (Dini Kasdu, 2003).
Dari survey yang dilakukan dirumah sakit angkatan
laut Dr. Ramelan Surabaya angka kejadian sectio caesarea tahun 2004 sebanyak
297 kasus (21,7%) dari 1377 jumlah persalinan, tahun 2005 sebanyak 278 kasus
(20,4%) dari 1359 persalinan, tahun 2006 sebanyak 269 kasus (15,4%) dari 1744
persalinan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pesalinan sectio caesarea
masih tinggi. Dilihat dari indikasinya, bermacam-macam antara lain CPD,
secondary arrest, ketuban pecah dini, plasenta previa, kelainan letak, jarak
anak, hidramion, post date, foetal distres, riwayat sectio caesarea, APB dan
PEB. Dari sekian indikasi dilakukannya sectio caesarea, pada bulan Januari-Juni
2007 ada sebanyak 161 kasus sectio caesarea (17,3%) dari 930 persalinan. Dan
indikasi dilakukannya sectio caesarea yang paling tinggi adalah sectio berulang
45 kasus (29,3%) dari kejadian sectio caesarea berulang tersebut rentang usia
ibu antara 21-35 tahun sebanyak 38 orang (84,4%) dan sisanya yang usia lebih
dari 35 tahun 7 orang (31,8%). (Berdasarkan data dari buku laporan persalinan
dengan SC di RSAL Surabaya).
Sebetulnya penyebab perlu dilakukannya bedah caesar
tidak banyak yaitu : bayi besar, bayi melintang dan tidak bisa diperbaiki, bayi
sungsang, letak ari-ari dibawah dan ibu yang bersangkutan sudah dua kai
menjalani bedah caesar. Faktor penyebab terakhir, karena sudah dua kali diiris,
resikonya terlalu bersar bagi rahim untuuk robek. Atau kemungkinan ibu yang
bersangkutan bisa melahirkan secara alami hanya 1-2 persen.
Oleh karena kejadian persalinan sectio caesarea
dengan indikasi bekas sectio caesarea masih tinggi dibandingkan literatur yang
ada, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang gambaran pesalinan sectio
caesarea dengan indikasi bekas sectio caesarea berdasarkan umur ibu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dalam
penelitian ini yang ingin dilihat adalah :
“Bagaimana kejadian sectio caesarea dengan indikasi bekas sectio caesarea
dilihat dari umur ibu di RSAL Rumkital Dr. Ramelan Surabaya”. Periode
Januari-Juni 2007.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pesalinan sectio caesarea dengan indikasi bekas sectio
caesarea berdasarkan umur ibu di RSAL Dr. Ramelan Surabaya periode Januari-Juni
2007.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi persalinan sectio caesarea di RSAL Dr.
Ramelan Surabaya periode Januari-Juni 2007.
2.
Mengidentifikasi pesalinan sectio caesarea dengan
indikasi bekas sectio caesarea berdasarkan umur ibu di RSAL Dr. Ramelan
Surabaya periode Januari-Juni 2007.
1.4 Manfaat
1.
Bagi Profesi
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan untuk
meningkatkan keterampilan, dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu
bersalin, serta dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan yang luas tentang
persalinan sectio caesarea.
2.
Bagi IPTEK
Penelitian ini diharapkan dapat menembah dan memperluas ilmu pengetahuan
dalam bidang kesehatan khususnya ilmu kebidanan.
3.
Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi rumah sakit agar lebih meningkatkan pelayanan
terutama teknik-teknik dalam melakukan sectio caesarea.
0 komentar:
Posting Komentar