SITUASI
Di Desa Maju
Terus jumlah penduduknya 372 orang. Disana terdapat sebuah Pustu Rajasa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat sekitar desa lima hari dalam seminggu yaitu Senin sampai Jumat pukul
08.00 hingga 12.00. Jumlah pasien rata-rata 13 perhari sedangkan angka kesakitan meningkat. Penyakit yang sering
menyebabkan kematian terbesar adalah diare (48%) dan deman berdarah (32%). Hal
ini sering terjadi pada musim panca roba dan disebabkan oleh kurangnya
pendekatan bidan terhadap masyarakat di desa tentang keberadaan Pustu dan
manfaat Pustu yang ada di desa. Tenaga kesehatan yang ada di PUSTU adalah 1 dokter
umum, 1 bidan, 1 perawat dan 1 administrasi
ANALISIS
DATA
1)
Man : Tenaga kesehatan cukup tetapi kurang
berkompeten
2)
Money : gaji yang diberikan tidak sesuai
3)
Material : obat-obatan yang tersedia cukup
4)
Methode : protap yang diberikan dan digunakan
masih jauh dari standart. Pengetahuan masyarakat mengenai manfaat pustu kurang
dan masyarakat tidak tahu keberadaan PUSTU
5)
Machine : sudah ada ambulance ruangan sesuai
dengan standart yaitu: luas, berwarna-warni, ventilasi yang cukup.
6)
Market : pelaksanaan posyandu sudah dilakukan namun masyarakat kurang
berpartisipasi
1
PERENCANAAN











Menyebarluaskan informasi pelayanan dan keberadaan Pustu kepada masyarakat dan lintas sektoral




Tujuan :
Diharapkan pelayanan kuratif di Pustu dapat berjalan dengan
baik.
Pengembangan :
1)
Methode :
Setiap staf menjalankan job description dengan baik
Program berjalan sesuai perencanaan
2)
Market
Media yang mencakup semua wilayah desa
3)
Man
Mendapat tenaga kesehatan yaitu dokter, bidan dan perawat
yang memiliki kompetensi yang berkualitas dan dapat merangkul semua masyarakat
4)
Material
Membuka apotik bagi pasien umum dan
jamkesda
2.
PENGORGANISASIAAN

3.
PERGERAKAN
PELAKSANAAN





4.
PENGAWASAN
DAN PENGENDALIAN







5.
EVALUASI






Disusun
Oleh Kelompok 2:
1.
Diah
Agustiyaningrum (10)
2.
Ervintia
Indriani (13)
3.
Musahadah (20)
4.
Okta
Putri Pratiwi (
5.
Tatum
Puspitasari (33)
Disebuah BPS yang
terletak di daerah terdiri dari seorang bidan yang memiliki 1 orang
pegawai lulusan D3 kebidanan . BPS
tersebut mempunyai sarana prasarana berupa mobil ambulans, 1 ruang VK Bersalin,
1 Ruan Pemeriksaan,1 tempat tidur khusus pemeriksaan, 2 tempat tidur khusus
persalinan, 1 kamar mandi pasien, 1 ruang bayi dengan 1 couve,1 ruang nifas
yang terdiri dari 1 tempat tidur, peralatan berupa 1 tensimeter, 1 stetoskop, 3
termometer, 1 senter, dll ( khusus pemeriksaan fisik orang dewasa ), 1 set alat
pemeriksaan bayi, 2 set partus pack, 2 set heating pack, alat resusitasi, 2
tabung Oksigen, emergency medicine, dan lain – lain.di tiap dinding BPS
terdapat Protap – protap seperti teknik menyusui yang benar, cara menjaga
kehamilan, tahap perkembangan pertumbuhan janin dalalm rahim, tanda bahaya
persalinan, jadwal imunisasi dasar lengkap, posisi melahirkan, dan senam hamil.
jika di rata –
rata dalam 1 hari pasien yang diterima pada BPS tersebut :
pasien yang datang dengan alasan ANC = 35 Orang
Pasien yang datang dengan alas an control PNC = 10 Orang
pasien yang datang dengan alasan INC = 3-4 Orang
pasien bayi dan balita yang datang dengan alasan sakit
= 25 Orang
pasien KB =
5 – 6 Orang
Modal BPS berasal
dari tunjangan pensiun bidan astutik dan dari penghasilan suami. Sumber dana
yang digunakan untuk kelangsungan BPS berasal dari pasien dan tunjangan
pensiun. Rata pendapatan perhari yang didapat bidan Astutik ± 2.500.000. Antara uang
pribadi dengan pendapatn dari BPS dicampur menjadi satu
Tetapi pada suatu
hari BPS tersebut mengalami penurunan secara drastic akibat berkurangnya pasien
yang diikuti dengan berkurangnya jumlah pendapatan. hal ini dikarenakan
berdirinya sebuah BPS baru yang terletak tidak jauh dari BPS tersebut dengan
fasilitas dan tingkat kenyamanan yang lebih dibutuhkan pasien. penurunan ini
belangsung selama 2 minggu. berikut rincian penurunan yang terjadi di BPS
Astutik ;
pasien yang datang dengan alasan ANC = 10Orang
Pasien yang datang dengan alas an control PNC = 2 Orang
pasien yang datang dengan alasan INC = 1-2 Orang
pasien bayi dan balita yang datang dengan alasan sakit = 7-8Orang
pasien KB =
2-3 Orang
rata pendapatan perhari yang didapat bidan Astutik ± 1.200.000
Dari kejadian
tersebut bidan Astutik membuat suatu perencanaan dalam memecahkan masalah yang
sedang dihadapi dengan tujuan agar jumlah pasien yang datang setiap hari tidak
menurun atau dapat meningkat dari target yang diinginkan. Adapun perencanaan
tersebut meliputi :
1. Menambah
asisten bidan1 orang lulusan D3 kebidanan yang mempunyai komitmen dalam
meningkatkan kualitas pelayanan.serta ramah terhadap pasien
2. melengkapi
sarana dan prasarana yang belum lengkap. yaitu kursi di ruang tunggu ditambah 4
buah, menambah 1 tempat tidur di ruang nifas
3. Memperbaiki pelayanan yang diberikan dalam
melayani pasien.
4. Memberikan
1 buah susu 250 ml pada setiap ibu ANC untuk menarik minat ibu untuk ANC atau
INC di tempat BPS Astutik.
5. Merubah
manajemen keuangan dengan memisahkan antara uang pribadi dengan uang hasil
pendapatan yang diperoleh dari BPS.
Dari perencanaan
yang telah di buat maka diprediksikan jumlah pasien yang datang di bidan
Astutik akan meningkat. setelah perencanaan di buat maka dilakukan
pengorganisasian. dimana di dalam pengorganisasian tersebut merupakan proses
yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam
perencanaan yang telah dibuat. Setelah itu dilakukan pengarahan dan
pengimplementasian dimana proses tersebut merupakan proses memotivasi semua
aspek agar dapat menjalankan tanggungjawab sebagaimana yang direncanakan.
Hal
yang dilakukan berikutnya adalah pengawasan atau pengendalian. Bidan Astutik
membuat 1 kotak saran yang di taruh di depan BPS yang dapat digunakan oleh
pasien dalam menggungkapkan puas atau tidaknya pasien terhadap pelayanan yang
diberikan. Hal tersebut dilakukan untuk memantau sejauh mana kualitas yang
diberikan bidan beserta karyawannya dalam meningkatkan kepuasan pelanggan.
Kegiatan
yang terakhir adalah evaluasi untuk menilai keefesien dan keefektifan
perencanaan yang telah dibuat, apakah sudah memenuhi target apa tidak. dari hasil
ternyata didapatkan hasil bahwa semua perencanaan yang dilakukan dapat
meningkatkan jumlah pelanggan yang datang di BPS Astutik.
Nama kelompok 3:
*Adhita K. Pertiwi (02)
*Ewing P. (15)
*Nikmatur Rohmah (21)
*Reza Munica R. Y. (23)
*Yalesfa N. (39)
KASUS
Di desa Sukamaju, hanya terdapat
satu tempat Pelayanan Kesehatan yakni ‘’BPS Melati’’. Di BPS ini terdapat Bidan
Citra selaku pemilik BPS , yang memiliki 1 asisten Bidan yaitu Bidan Laras.
Selain menjabat sebagai asisten Bidan Citra, Bidan Laras juga sebagai tenaga
Administrasi. BPS Melati ini melati mempunyai 1 ruang administrasi, 1 kamar
bersalin, 1 ruang periksa untuk ibu hamil , 1 ruang rawat inap untuk ibu Nifas
yang terdiri dari 2 bed , 2 kamar mandi untuk pegawai dan pasien. Untuk
fasilitas air bersih, BPS Melati menggunakan air sumur dan untuk penerangan
listrik BPS melati cukup dengan lampu. Rata-rata setiap bulannya BPS melati
terdapat
40 ibu bersalin ,
100 ibu periksa hamil,
55 ibu dengan
pelayanan KB ,
balita dan anak
sakit .
bayi mendapatkan imunisasi.untuk jam kerja di BPS Melati
adalah 24 jam penuh. Jam buka BPS melati pagi hari mulai jam 07.00-11.00 dan
malam buka jam 17.00-21.00 dan untuk pelayanan ibu bersalin adalah 24 jam.
Bidan Citra tidak cukup memiliki alat transportasi . hanya memiliki 1 mobil
untuk alat angkut pasir/ barang-barang mata pencaharian sumainya.





Alat- alat kesehatan yang dimiliki oleh BPS Melati :
a) Tensimeter 2 buah (
dapat digunakan semua )
b) Steteskop 2 buah (
1 rusak )
c) Partus Pack 2 set (
layak pakai semua )
d) Heacting Set 2 set (
layak pakai semua )
e) Alat Periksa Hamil 1 set (
tidak lengkap)
f) Timbangan 1 buah (
layak pakai )
g) Termometer 3 buah ( 1 rusak )
h) Obat-obatan darurat (
tidak ada )
i)
Obat-obatan generik ( tersedia tetapi tidak lengkap )
Masalah:
1. Jumlah staff/tenaga kesehatan kurang, tidak sesuai bidang
yang dikerjakan, serta jam kerja untuk satu tenaga kerja 24 jam, sehingga
kurang memperhatikan kesejahteraan pegawai di BPS Melati.
2. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai berhubungan
dengan jumlah pasien yang banyak pada setiap bulannya.
3. Sarana transportasi kurang memadai.
Prioritas Masalah:
1. Kurangnya dana untuk memperbaiki fasilitas dan alat
kesehatan yang kurang memadai.
2. Tenaga kesehatan yang kurang
Tujuan:
1. Meningkatkan standar pelayanan kesehatan, baik dalam hal
kualitas maupun kuantitas, sehingga kebutuhan klien terpenuhi, dan klien merasa
puas atas pelayanan yang diberikan.
Harapan yang ingin dicapai:
1. Jumlah dan kemampuan tenaga sesuai dengan keahlian
bidangnya masing-masing (minimal satu tenaga administrasi, tiga bidan, dan dua
pembantu bidan).
2. Fasilitas yang masih kurang bisa terpenuhi segera:
a)
Stetoskop minimal
dua buah.
b)
Partus pack dan
heacting set minimal 4 buah.
c)
Alat periksa hamil minimal
3 set.
|

![]() |
|
![]() |
||
![]() |
Penggerakan
Ø Mengelola Sumber Daya Manusia
·
Mengikuti pelatihan
tentang pelayanan kebidanan secara profesional.
·
Menganjurkan bidan
untuk menerapkan komunikasi terapeutik.
·
Memotivasi bidan
untuk meningkatkan kualitasnya dari segi pengetahuan dan keterampilan.
·
Meningkatkan
hubungan koordinasi antara bidan, tenaga administrasi, dan pembantu bidan dalam
pemberian pelayanan pada klien.
Pengawasan dan Pengendalian
a) Melakukan pemeriksaan asuhan kebidanan sesuai standar yang ada.
b) Melakukan survey kepada klien dan timbul baliknya.
c) Membuat standar pelayanan atau standar pelayanan asuhan
kebidanan dan alat kesehatan.
Evaluasi:
Masalah sudah teratasi sebagian:
1. Bidan citra sudah mendapatkan 3 asisten bidan (bidan
Laras, Bidan Ana, Bidan Karomah), 1 tenaga adminitrasi (bu Tini), dan 1
pembantu rumah tangga (Bu Sarkiyem). Dan masing-masing dari pegawainya sudah
memahami tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
2. Untuk alat kesehatannya seperti stetoskop rusak sudah diganti
dengan yang baru dan alat periksa hamil sudah lengkap.
Nama Kelompok 4:
1.
Arindah
Tratu Mahardian (05)
2.
Astried
Maya Massitoh (07)
3.
Ayutthya
Rizky Larasatie (08)
4.
Riska
Nur Azizah ()
5.
Titi
Nirmala ()
6.
Wiwik
Anggraeni (37)
Analisa situasi
BPS “R” termasuk
salah satu dari sekian banyak BPS yang ada di Surabaya. Setelah kami mengamati
selama 2 minggu, kami menemukan adanya kesenjangan atau masalah yang terjadi
pada BPS tersebut. Kami mengamati berdasarkan 6M dan 1T. Antara lain sebagai
berikut:
1.
Man : Di BPS tersebut selain Bidan yang
merupakan pemilik BPS, juga ada seorang asisten yang membantu pekerjaan
tersebut. Namun, kami mengamati bahwa 2 orang tenaga medis masih kurang
disebabkan banyaknya pasien yang datang ke BPS tersebut.
2.
Money : Disebabkan kurangnya tenaga di BPS
tersebut, dalam manajemen keuangan
juga kurang teratur.
Sehingga bidan tidak bisa menyisihkan keuntungan untuk menambah alat dan
obat-obatannya.
3.
Material : Di BPS “R” hanya ada 2 tempat tidur di
ruang nifas, dan 2 ranjang di VK.
Karena pasien yang
bersalin cukup banyak maka pasien yang melahirkan diperbolehkan pulang setelah
6 jam PP. Dan apabila ada pasien yang harus menginap dan tidak ada ranjang,
bidan meletakkan pasien di ranjang cadangan yang ada di VK. Kursi tunggu yang
ada di teras rumah pasien hanya tersedia sedikit, sehingga pasien atau keluarga
yang menunggu terlihat tidak teratur. Stok obat yang ada di BPS tersebut sering
habis. Sehingga terkadang pasien harus membeli obat sendiri.
4.
Method : Metode pelayanan yang diberikan di BPS tersebut
kami rasa sudah cukup baik karena bidan telah menerapkan standart dalam setiap
pelayanan yang diberikan. Dalam merujuk pasien bidan memilih tempat yang paling
dekat dengan BPS dan sesuai dengan kondisi serta kebutuhan pasien.
5.
Machine : Di BPS tersebut tidak terdapat otoklaf
untuk menyeterilkan alat. Biasanya bidan menggunakan metode merebus untuk
menyeterilkan alat-alat. Di BPS sudah terdapat USG.
6.
Market : BPS ‘R’ memiliki banyak pasien yang
berasal dari daerah sekitar BPS berdiri, bahkan beberapa pasien berasal dari
daerah yang jaraknya cukup jauh dari BPS. Mayoritas pasien memilih BPS ‘R’
karena biaya pelayanan yang cukup murah sehingga terjangkau oleh masyarakat
baik dari kalangan ekonomi menengah atas maupun ekonomi menengah bawah.
7.
Time : Jam praktek di BPS ‘R’ sudah diatur
dalam beberapa waktu. Untuk pelayanan periksa kehamilan, imunisasi, KB maupun
anak sakit dimulai pukul 07.30 hingga pukul 12.00 dan dilanjutkan pada pukul
16.00 hingga 20.30. untuk persalinan BPS ‘R’ menerima 24 jam.
Manajemen Pelayanan Kebidanan
1. Perencanaan,
peramalan dan pengembangan
Untuk
mengatasi masalah yang ada di BPS ‘R’ kami membuat beberapa rencana antara
lain:
·
Menambah jumlah asisten
bidan
·
Memperjelas pembagian
kerja (jadwal libur asisten, tugas asisten)
·
Memperbaiki regulasi
obat dan pengaturan keuangan
·
Menambah sarana dan
prasarana yang menunjang pelayanan
·
Menambah mesin
(otoklaf)
Dengan melaksanankan rencana yang telah kami buat
kami memprediksikan bahwa tugas bidan dan asisten akan lebih ringan sehingga
stressor dalam bekerja tidak terlalu tinggi, pelayanan yang diberikan lebih
optimal karena bidan dan asistennya (yang juga seorang bidan ) dapat bekerja
secara totalitas sehingga pelayanan yang diberikan dapat lebih bermutu. Pasien tidak perlu menunggu terlalu lama
untuk dapat dilayani.
Pembagian
jadwal kerja yang jelas dan teratur
dapat mencegah kekurangan tenaga medis pada saat memberikan pelayanan
kepada pasien. Asisten bidan semakin memahami peran dan fungsinya jika
sebelumnya mereka dibekali pengetahuan tentang kewajiban, hak , apa yang mereka
boleh dan tidak boleh lakukan selama
mereka bekerja di BPS.
Ditambahnya
jumlah asisten akan dapat memperbaiki regulasi obat yang ada di BPS karena
tersedia tenaga yang dapat melakukannya. Dengan jumlah asisten yang cukup maka
ada seorang atau beberapa orang asisten yang dapat mencatat obat yang masuk dan
keluar sehingga dapat diketahui obat apa yang harus ditambah persediaannya begitu
dibutuhkan obat secara mendadak sedangkan persediaan obat tersebut tidak
ada.
Untuk
penambahan material seperti tempat tidur pasien
akan memperbaiki kualitas pelayanan yang diberikan misalnya pasien
nifas dapat memperoleh pengawasan sesuai
standar pelayanan ibu nifas yaitu minimal 24 jam post partum sehingga adanya
perdarahan primer dapat lebih cepat ditangani. Untuk penambahan sarana di ruang
tunggu BPS akan mengurangi ketidakteraturan pasien dan keluarganya saat
mengantri. Untuk meningkatkan kenyamanan dalam mengantri dapat pula disediakan
televisi dan bahan bacaan seperti majalah dan koran.
Untuk
meningkatkan keamanan dari infeksi silang antar pasien dan meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja pengadaan mesin otoklaf dapat dilakukan.
2. Pengorganisasian
Di
BPS “R” memerlukan pelayanan kebidanan yang berasal dari sumber daya primer yaitu
manusianya, yang dalam hal ini adalah bidan beserta asisten yang ada di BPS
tersebut dan juga sumber daya sekunder yaitu berupa sarana dan prasarana yang
memadai yang dapat menunjang kelangsungan dalam pelayanan kebidanan yang
dilakukan. Dalam kondisi ini BPS “R” harus lebih meningkatkan kinerja bidan dan
asisten bidan secara komprehensif dan berkesinambungan serta menambah sarana
dan prasarana demi menunjang keberhasilan suatu pelayanan kebidanan yang
dijalankan.
3. Penggerakan
( mengelola sumber daya manusia, komunikasi, motivasi, dan koordinasi)
Pengelolaan
sumber daya manusia dalam hal ini sudanh terbilang cukup maksimal. Karena
setiap orang telah memiliki tugas masing – masing yang dapat mengoptimalkan
kinerja dari masing – masing personal.
Disamping
itu komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan pun sudah terjalin cukup
baik. Karena hal tersebutlah yang sangat dibutuhkan dalam suatu tempat
pelayanan kebidanan guna menyambungan hubungan baik dan silaturahmi antara
tenaga kesehatan dan klien. Sehingga timbul hubungan saling percaya antara
sesama pihak.
Pemberian
motivasi antar sesame tenaga kesehatan pun sangatlah dibutuhkan, baik motivasi
bidan kepada asisten maupun sebaliknya. Sebab hal tersebut dapat membantu
kenyamanan kerja, serta dapat meningkatkan semangat kerja dalam pemberian
pelayanan kebidanan kepada klien.
4. Pengawasan
/ pengendalian ( evaluasi)
setelah
satu tahun diterapkan perencanaan yang dibuat dapat dievaluasi bahwa penambahan
asisten dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan kepada
pasien yang ditandai dengan pasien tidak perlu menunggu terlalu lama untuk
memperoleh pelayanan, regulasi obat dan keuangan berjalan dengan baik ditandai
dengan persediaan obat yang cukup, tercatatnya dengan teratur pemasukan dan
pengeluaran BPS serta tersedianya anggaran untuk perbaikan sarana dan prasarana
yang didapat dari laba yang diterima BPS.
Dengan
diterapkan pembagiaan jadwal kerja yang teratur BPS tidak lagi mengalami
kekurangan tenaga medis dalam memberikan pelayanan. Asisten dapat menjalankan
peran dan fungsinya sebagai bidan dengan baik.
Ditambahnya
sarana dan prasarana mampu mengatasi ketidakteraturan pasien dan keluarganya
saat mengantri. Penambahan tempat tidur pasien memungkinkan bidan melakukan
pengawasan masa nifas minimal 24 jam post partum sehingga adanya perdarahan
primer post partum lebih muda dideteksi dan diatasi.
Pengadaan
otoklaf meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan kebidanan karena
sterilisasi alat menggunakan otoklaf lebih mudah dan efisien.
Nama Kelompok 5:
1. Amalia Alvionita S. (03)
2. Chikmatul Ilmiyah (09)
3. Sendy Okvitawati (26)
4. Shofa Roshifanni (27)
5. Siti
Mu’amaroh (29)
6. Sri
Wilujeng Endah P. (31)
Manajemen
Pelayanan Kesehatan
Di Ruang VK RS X, tenaga kerja bidan dirasa kurang kompeten dalam pemberian
pelayanan terhadap klien. Hal tersebut dikarenakan banyak praktik nepotisme dalam penerimaan pegawai, sehingga dalam
tes penerimaan pegawai dirasa kurang maksimal dan kurang memperhatikan
kemampuan individu. Selain itu, tenaga kesehatan di ruangan ini kurang upgrade ilmu kebidanan karena jarang
mengikuti pelatihan. Kesadaran
maksimal pegawai dalam mempraktikkan ilmunya di ruangan juga masih belum.
Dalam ruangan
tersebut, manajemen keuangan juga kurang
baik. Salah satunya adalah pembagian gaji
pegawai yang kurang. Hal tersebut membuat para pegawai malas dalam bekerja karena besarnya gaji dirasa tidak
sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga pelayanan terhadap klien
kurang maksimal.
Ketersedianan
obat di ruangan X tidak ada masalah. Obat – obatan yang ada di farmasi sudah
memenuhi semua kebutuhan di ruangan dan selama ini tidak pernah ada kekurangan
obat atau masalah atau komplain mengenai obat – obatan.
Manajemen
pelayanan yang baik, akan memiliki kebijakan – kebijakan yang dapat diterima
dengan baik oleh semua pegawai, pasien maupun keluarga pasien yang ada di
ruangan tersebut. Namun ada beberapa masalah dengan pembagian shift dinas yang tidak jelas misalnya 2 shift dinas dirangkap
dalam 1 hari. Protap yang dibuat sudah sesuai dengan standart pelayanan.
Pengadaan alat –
alat seperti USG, NST, dan radiologi telah tersedia dan dapat digunakan sesuai
kebutuhan. Alat – alat pendukung seperti stetoskop, tensimeter, thermometer dan
otoklaf untuk sterilisasi peralatan juga telah memenuhi standart. Dalam hal
pengadaan tempat tidur, sprei, selimut dan bantal, semuanya sudah memenuhi
standart dan tidak pernah ada masalah atau komplain dari pasien..
Rumah sakit ini
dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari yang berlatar
belakang pendidikan dan ekonomi rendah sampai kalangan menengah ke atas. Jadi
di rumah sakit ini tidak ada masalah dalam hal pemasaran.
Dalam hal waktu
tidak ada masalah karena pelayanan dirumah sakit tersebut dilakukan selama 24
jam.
Nama Kelompok 6:
ADE POPY TRIPUSPITA (01)
DWI MUDI PRIMADANI (12)
FARAH ABIDAH RACHMAWATI (16)
FEBRINA NUR INDAH SARI (17)
SUMARTINI (32)
WINDHA AYU ANGGRAINI (36)
KLINIK DAN RUMAH BERSALIN
“X”
Berdasarkan
pengalaman yang kami peroleh selama menjalani praktik di Klinik dan Rumah
Bersalin X, kami mendapatkan beberapa pengalaman yang belum pernah kami
dapatkan sebelumnya, misalnya metode hypnobrithing dan pelayanan kesehatan
dalam posyandu lansia. Sedangkan untuk pelayanan kebidanan yang biasa kami
temukan di tempat lain, ternyata memiliki perbedaan dalam hal penerapan yang
menjadi ciri khas pelayanan di tempat ini.
Rumah
bersalin ini terletak di pinggir jalan raya yang cukup strategis dan mudah
dicapai oleh masyarakat. Terdapat pula kendaraan umum yang melewati tempat ini,
sehingga memudahkan masyarakat untuk menjangkaunya. Lokasi tempat pelayanan
kesehatan ini menjadikan tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh klien.
Selain
lokasinya yang strategis, pelayanannya baik dan ramah, serta tempatnya yang
bersih juga menjadi faktor pendorong ramainya tempat tersebut. Akan tetapi,
pelayanan yang diberikan oleh pegawai kurang memuaskan, misalnya para pegawai
kurang bersedia memberikan health education selama pelayanan, sehingga pesan
kurang tersampaikan dan klien kurang terpuaskan. Dalam hal keterampilan, bidan dan para
pegawainya sudah cukup baik, tetapi kesempatan untuk ditangani oleh bidan lebih
jarang daripada ditangani oleh pegawainya, sehingga terkadang klien merasa
kecewa karena tidak dapat bertemu dengan bidannya.
Dalam
hal kerja sama, bidan bersikap baik dan ramah kepada pegawainya, tetapi kurang
memperhatikan kesejahteraan para pegawai. Misalnya, bidan memberikan ukuran
tempat tidur yang terlalu kecil untuk ditempati tiga orang. Bidan jarang
memberikan penghargaan kepada pegawainya, meskipun dalam bentuk pujian dan
ucapan terima kasih.
Sarana
dan prasarana di tempat ini cukup memadai. Namun, penggunaan handscoen di sana
masih sangat hemat karena handscoen disposible yang sudah digunakan, dicuci dan
disterilkan, kemudian digunakan kembali dalam pelayanan selanjutnya dengan
alasan menghemat penggunaan handscoen.
Registrasi
pasien tersusun cukup rapi, tetapi masih sering terjadi masalah dalam hal
pengurutan nomor register pasien. Sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam
pelayanan.
Manajemen
keuangan di tempat ini sudah berjalan dengan baik. Kami juga menemukan masalah
lain yang menyangkut keuangan di Rumah Bersalin “X”. Harga-harga obat dijual
terlalu mahal, bahkan hampir dua kali lipat dari harga obat pada umumnya.
Misalkan obat analgesik yang biasanya dijual dengan harga Rp 5.000,00; di sana
dijual sampai Rp 9.000,00.
Identifikasi Masalah dan sususnan prioritas masalah:
1.
Kurangnya pemberian HE
kepada pasien
2.
Penggunaan handscoen
yang terlalu diminimalkan
3.
Sasaran dengan harga jual
obat tidak sinergis
4.
Pengurutan nomor
register yang kurang tersusun sesuai
nomor urut register klien
5.
Kesejahteraan pegawai
yang kurang diperhatikan
6.
Pelayanan yang kurang
cepat sehingga membuat klien menunggu lama
I.
P1 : Perencanaan:
1. Kurangnya
pemberian HE kepada pasien
·
Sediakan kotak saran
bagi klien untuk mengumpulkan keluhan terhadap pelayanan yang diberikan
·
Anjurkan klien untuk
lebih aktif selama konsultasi masalah kesehatan
2. Penggunaan
handscoen yang terlalu diminimalkan
·
Sediakan handscoen yang
mencukupi kebutuhan dan sesuai dengan pemakaian
3. Sasaran
dengan harga jual obat tidak sinergis
·
Sesuaikan tingkat harga
pelayanan yang diberikan dengan latar belakang ekonomi klien
4. Pengurutan
nomor register yang kurang tersusun
sesuai nomor urut register klien
·
Menata ulang kembali
nomor register yang rapi dan berurutan, memberitahukan kepada pegawai untuk
megembalikan nomor register sesuai urutan
5. Kesejahteraan
pegawai yang kurang diperhatikan
·
Mengadakan temu wicara
setiap bulan untuk sharing dan evaluasi program pelayanan
·
Meningkatkan kedekatan
antara bidan dan pegawai
6. Pelayanan
yang kurang cepat, sehingga membuat klien menunggu lama
·
Menambah pegawai yang
terlatih agar pelaksanaan bisa lebih terarah dan teratur
·
Memperbaiki sistem yang
kurang efisien dalam pelayanan
Harapan yang ingin dicapai:
·
Meningkatkan mutu
pelayanan
·
Meningkatkan kerja sama
antara bidan dan pegawai
·
Meningkatkan kualitas
menajemen dalam memberikan pelayanan
II.
P2 : Pengorganisasian
mengenai kualitas pelayanan dinilai berdasarkan pada
·
Man : Sumber daya manusia yang
bekerja (jumlah) serta kemempuan dalam
memberikan pelayanan
·
Money : Mengatur pengelolaan keuangan
untuk operasional sistem pelayanan
kesehatan
·
Material : Obat dan ketersediaan perlengkapan
pelayanan kesehatan
·
Method : Kualitas serta cara pemberian
pelayanan (penyuluhan/ HE/
konseling)
·
Machine : Tersedianya peralatan yang sesuai
dengan kemajuan IT yang menunjang
dalam memberikan pelayanan
·
Market : Menyesuaikan jasa pelayanan dengan
kebutuhan dan permintaan pasar
·
Time : Efisiensi waktu dalam
memberikan pelayanan
III.
P3 : Pelaksanaan
·
Menyediakan meja atau
satu tempat khusus maupun petugas khusus untuk pemberian HE
·
Menyediakan handscoen
yang mencukupi kebutuhan dan sesuai dengan pemakaian
·
Sesuaikan tingkat harga
pelayanan yang diberikan dengan latar belakang ekonomi klien
·
Menata ulang kembali
nomor register yang rapi dan berurutan, memberitahukan kepada pegawai untuk
megembalikan nomor register sesuai urutan
·
Mengadakan temu wicara
setiap bulan untuk sharing dan evaluasi program pelayanan
·
Meningkatkan kedekatan
antara bidan dan pegawai
·
Menambah pegawai yang
terlatih agar pelaksanaan bisa lebih terarah dan teratur
·
Memperbaiki sistem yang
kurang efisien dalam pelayanan
IV.
P4 : Pengendalian dan
Pengawasan
·
Melakukan evaluasi
setiap bulan mengenai sistem pelayanan yang dilaksanakan
·
Membuka diri untuk
menerima kritik dan saran dari pegawai dan klien
·
Selalu menyesuaikan
jasa pelayanan dengan perkemba
0 komentar:
Posting Komentar