BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perdarahan
post partum merupakan penyebab kematian maternal terbanyak. Semua wanita yang
sedang hamil 20 minggu memiliki resiko perdarahan post partum dan sekuelenya.
Walaupun angka kematian maternal telah turun secara drastis di negara-negara
berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan penyebab kematian maternal
terbanyak dimana-mana.
Kehamilan
yang berhubungan dengan kematian maternal secara langsung di Amerika Serikat
diperkirakan 7 – 10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup. Data statistik
nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% dari kematian ini disebabkan
oleh perdarahan post partum. Di negara industri, perdarahan post partum
biasanya terdapat pada 3 peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing
dengan embolisme dan hipertensi. Di beberapa negara berkembang angka kematian
maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan data WHO
menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post
partum dan diperkirakan 100.000 kematian matenal tiap tahunnya.
Frekuensi
perdarahan post partum yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di R.S.
Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-laporan baik
di negara maju maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5%
sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh sebaran etiologi antara lain: atonia
uteri (50 – 60 %), sisa plasenta (23 – 24 %), retensio plasenta (16 – 17 %),
laserasi jalan lahir (4 – 5 %), kelainan darah (0,5 – 0,8 %).
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
diatas muncul pertanyaan antara lain:
1.
Apa Definisi dari gangguan pembekuan
darah?
2.
Apa Etiologi dari gangguan pembekuan darah?
3.
Bagaiamana Patofisiologi dari gangguan
pembekuan darah?
4.
Apa saja Tanda & gejala dari
gangguan pembekuan darah?
5.
Bagaimana Diagnosis dari gannguan
pembekuan darah?
6.
Apa Komplikasi yang muncul dari gangguan
pmbekuan darah
7.
Bagaimana Penanganan dari gangguan
pembekuan darah?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Mendeskripsikan
terjadinya gangguan pembekuan darah dan dapat menganalisis penanganan dari
gangguan pembekuan darah
1.3.2
Tujuan Khusus
Diharakan
mahasiswa mampu dalam :
1. Melakukan
pengakajian data subyektif dan obyektif dari gangguan pembekuan darah ini
2. Menganalisis
diagnosa dan masalah serta diagnosa potenial yang akan muncul
3. Menganalisis
rencana peangan dari gangguan pemebekuan darah
4. Mengimplementasikan
dan mengevalusi asuhan kebidanan pda gangguan pmebekuan darah
5. Melakukan
catatan perkembangan dari asuhan yang diberikan
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan
mahasiswa mendapat pengetahuan yang banyak mengenai gangguan pembekuaan darah
ini dan dapt melakukan dokumentasi dari kasus ini sebagai asuhan kebidanan
menggunakan metode SOAPIE
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Gangguan pada faktor
pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang terjadi karena adanya
kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga darah tetap mengalir.
2.2 Etiologi
Pada periode post
partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak menyebabkan
perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus untuk mencegah
perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan
darah memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah
persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partun
sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain, terutama trauma.
Abnormalitas dapat
muncul sebelum persalinan atau didapat saat persalinan. Trombositopenia dapat
berhubungan dengan penyakit sebelumnya, seperti ITP atau sindroma HELLP
sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet dapat saja
terjadi, tetapi hal ini jarang. Sebagian besar merupakan penyakit sebelumnya,
walaupun sering tak terdiagnosis.
Abnormalitas sistem
pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang berupa hipofibrinogenemia
familial, dapat saja terjadi, tetapi abnormalitas yang didapat biasanya yang
menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang berhubungan dengan solusio
plasenta, sindroma HELLP, IUFD, emboli air ketuban dan sepsis. Kadar fibrinogen
meningkat pada saat hamil, sehingga kadar fibrinogen pada kisaran normal
seperti pada wanita yang tidak hamil harus mendapat perhatian. Selain itu,
koagulopati dilusional dapat terjadi setelah perdarahan post partum masif yang
mendapat resusiatsi cairan kristaloid dan transfusi PRC.
DIC, yaitu gangguan
mekanisme pembekuan darah yang umumnya disebabkan oleh hipo atau
afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata (Disseminated Intravaskular
Coagulation)
DIC juga dapat
berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh hipoperfusi jaringan, yang
menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin jaringan. Pada kasus ini
terdapat peningkatan kadar D-dimer dan penurunan fibrinogen yang tajam, serta
pemanjangan waktu trombin (thrombin time).
2.3 Patofisiologi
Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari
lepasnya substansi – substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk
konsepsi ke dalam sirkulasi darah ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh
endotoksin. Setelah itu mulailah serangkaian reaksi berantai yang mengaktifkan
mekanisme pembekuan darah, pembentukan dan pengendapan fibrin dan, sebagai
konsekuensinya, aktivasi sistem fibrinolitik yang normalnya sebagai proteksi.
Gangguan patofisiologi yang kompleks ini menjadi suatu lingkaran setan yang
muncul sebagai diathesis perdarahan klinis dengan berubah – ubahnya hasil
rangkaian tes pembekuan darah sehingga membingungkan.
2.4 Tanda dan gejala
1.
Perdarahan berlangsung terus
2.
Merembes dari tempat tusukan
(Chapman, 2006)
2.5 Komplikasi
Komplikasi-komplikasi
obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC (Koagulasi Intravaskuler
Diseminata) :
1.
Sepesi oleh kuman gram negative,
terutama yang mneyertai dengan abortus septic
2.
Syok berat
3.
Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus
(Schward,
2000)
2.6 Diagnosis
Umum
Didapatkan
pada semua parturient dengan HPP Primer :
·
Data Subyektif : Keluar darah bergumpal
dari alat kemaluan
·
Inspeksi : Adanya pengeluaran darah >
400 cc, parturient tampak pucat, pada keadaan serius tampak tanda-tanda syok
·
Pada kehilangan darah lebih dari 25%,
dijumpai TTV
Tensi : turun
Nadi : lemah dan cepat
RR : meningkat
Suhu : turun
Khusus
DIC
-
Perdarahan dari tempat lain, missal
vagina, hidung, gusi, kulit, dll
-
Darah yang keluar sama sekali tidak ada gumpalan,
walau sudah terkena udara
Klausal
PPP karenan gangguan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat
disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada
persalinan sebelumnya. Akan ada tedensi mudah terjadi perdarahn setiap
dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada
bekas jahitan, suntikan, perdarahan digusi, rongga hidung dan lain-lain.
Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan hasilpemeriksaan faal hemostatis yang abnormal. Waktu
perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi
hipofibriogenemia dan terdeteksi adanya FDP ( fibrin degradation product) serta
perpanjangan
tes protombin dan PTT ( PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME)
(Sarwono, 2008)
2.7 Pencegahan
Klasifikasi kehamilan
resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal
dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai dan jenjang
rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan
mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, slah satunya adalah
perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan
sebagai berikut:
1.
Persiapan sebelum hamil untuk
memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia dan
lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam
keadaan optimal.
2.
Mengenal faktor predisposisi PPP seperti
multiparitas, anak beras, hamil kembar, hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat
PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang resikonya akan muncul
saat persalinan
3.
Persalinan harus selesai dalam waktu 24
jam dan pencegahan partus lamaa
4.
Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan
di fasilitas rumah sakit rujukan
5.
Kehamilan resiko rtendah agar melahirkan
di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun
6.
Mengesuai langkah-langkah pertolongan
pertama menghadapi PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.
(Sarwono, 2008)
2.8 Pengobatan
Pasien perlu dirawat
bila secara klinis ada gangguan pembekuaan darah atau dari serangkaian
pemeriksaan laboratorium diperlihatkan adanaya kemunduran fungsi pemebekuan
darah secara progresif.
Nilai normal
|
Kehamilan
|
DIC
|
Hitung trombosit
150.000-400.000/mm3
|
Sama
|
Lebih rendah
|
Waktu protombin yang cepat
75-125% |
Memendek
|
Memanjang
|
Waktu protomboplastin parsial
30-45%
|
Memendek
|
Memanjang
|
Waktu thrombin
10-15 detik
|
Memendek
|
Memanjang
|
Pengukuran fibrinogen
(atau titer) 200-400 mg%
|
300-600 mg%
|
Menurun
|
Produk-produk pecahan fibrin
|
Negative
|
Dapat diukur
|
Pengukuran faktor V 75-125%
|
Sama
|
Menurun
|
Pengukuran faktor VII
50-200%
|
Mungkin meningkat
|
menurun
|
Tujuan utama pengobatan
adalah menghilngkan sumber material serupa tromboplastin, tetapi evalusai
produk konsepsi akan mendatangkan resiko perdarahan vaginal atau bedah. Dengan
alasan inilah, proses pembekuaan normal harus dipulihkan lebih dahulu sebelum
melakukan persalina operatif.
1.
Pemberian faktor-faktor pembekuan
2.
Menghambat proses patofisiologi dengan
antikoagulasi heparin samapi faktor-faktor pembekuan pulih kembali
Cara pengobatan yang
akan dipilih tergantung kepada ancaman jiwa pasien segera akibat perdarahan
yang aktif pada saat diagnosis ditegakkan atau akibat persalinan yang akan segera
terjadi.
1.
Bila dicurigai ada perdarahan aktif dari
uterus dari persalinan operatif, harus diberikan pengobtan sebagai terjadi :
a. Monitor
tanda-tanda vital secara kontiyu termasuk pengukuran tekanan vena sentral dan
mempertahankan produksi urin
b. Berikan
oksigen melalui masker
c. Mengatasi
syok dengan segera adalah penting, bila memungkinkan dengan darah lengkap
segar.
d. Pemberian
faktor-faktor pembekuan : pengobatan denga plasma beku segar lebih disukai
daripada dengan preparat depot fibrinogen (pooled fibrinogen) komersial karena
dapat memperkecil resiko penularan hepatitis, pengantian volume tambahan, serta
tersediannya aneka macam faktor-faktor pembekuaan. Setiap liter plasma beku
segar dapat diharapkan mengandung 2-3 g fibrinogen.
Karena kira-kira diperlukan 2-6 g fibrinogen, bila
hal tidak dapat disediakan dengan perparat tersebut (baik karena tidak tersedia
atau karena masalah-masalah hipervolema) dapat dipakai fibrinogen depot
komersial.
Masalah utama yang berkaitan dengan pengantian
fibrinogen dengan menggunakan salah satu preparat tersebut di atas adlah waktu
psruhnya yang singkat kalkau ada banyak trombhin dan timbunan fibrin
intravaskuler lebih lanjut. Dengan alasan inilah, preparat-preparat tersebut
hanya boleh digunakan untuk segera mengendalikan perdarahan sebelum persalina
ndan pertama bila persalinan harus dilaksankan dengan operasi seksio sesaria.
Dengan demikian prosedur pengobatan seperti di atas
serta melakukan pengosongan uterus, biasanya akan terjadi perbaikan spontan
pembekuan darahnya, sehingga tidak diperhatikan terapi lebih lanjut.
2.
Bila tidak ada perdarahan uterus dan
persalinannya dapat ditunda (yaitu, sindrom janin mati yang tertinggal dalam
uterus tetapi jelas tidak ada soluiso plasenta), tindakan sebagai berikut
dilakukan :
a. Heparinisasi
: 100 IU/kg setiap 4 jam, atau 600 IU/kg/24 jamdenga infuse kontiu
Pemberian
heparin dihentikan setelash terjadi perbaikan faktor-faktor pembekuan kedalam
batas normal, dan hanya dalam keadaan inilah persalina boleh dilaksanakan.
Terapi
fibrinogen jarang dilakukan jika sekiranya diindikasikan pada pasien obstetric
selalu karena DIC dan akan berhenti sendiri setelah pengobtan primer. Kita
harus selalu ingat bahwa keberadaan fibrinolisis merupakan suatu respons
protektifterhadap koagulasi intravaskuler. (Schward, 2000)
2.9
Penatalaksanaan
Jika tes koagulasi
darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya perdarahan post partum,
perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari terjadinya perdarahan post
partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP, fatty liver pada kehamilan,
IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil langkah spesifik untuk menangani
penyebab yang mendasari dan kelainan hemostatik.
Penanganan DIC identik
dengan pasien yang mengalami koagulopati dilusional. Restorasi dan penanganan
volume sirkulasi dan penggantian produk darah bersifat sangat esensial. Perlu
saran dari ahli hematologi pada kasus transfusi masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan
dari darah donor digunakan pada pasien dengan trombositopenia kecuali bila
terdapat penghancuran trombosit dengan cepat. Satu unit trombosit biasanya
menaikkan hitung trombosit sebesar 5.000 – 10.000/mm3. Dosis biasa sebesar
kemasan 10 unit diberikan bila gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila
hitung trombosit di bawah 20.000/mm3. transfusi trombosit diindakasikan bila
hitung trombosit 10.000 – 50.000/mm3, jika direncanakan suatu tindakan operasi,
perdarahan aktif atau diperkirakan diperlukan suatu transfusi yang masif.
Transfusi ulang mungkin dibutuhkan karena masa paruh trombosit hanya 3 – 4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah
sumber faktor-faktor pembekuan V, VII, IX, X dan fibrinogen yang paling baik.
Pemberian plasma segar tidak diperlukan adanya kesesuaian donor, tetapi
antibodi dalam plasma dapat bereaksi dengan sel-sel penerima. Bila ditemukan
koagulopati, dan belum terdapat pemeriksaan laboratorium, plasma segar yang
dibekukan harus dipakai secara empiris.
Kriopresipitat, suatu sumber
faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan fibrinogen, dipakai dalam penanganan
hemofilia A, hipofibrinogenemia dan penyakit von Willebrand. Kuantitas
faktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk terjadinya suatu pembekuan,
serta bervariasi menurut keadaan klinis.
DIC
-
Uterotonika dosis adekuat
-
Tambahan fibrinogen langsung
-
Analisa factor bekuan darah
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian data
Tempat pengkajian :
RB Bina Husada
No.
reg. : 0504 353
Tanggal :
20 November 2011
Jam :
09.00 WIB
A. Data
Subyektif
1. Biodata
Nama ibu : Ny. ‘’S’’ Nama
suami : Tn. ‘’I’’
Umur : 25 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : STM
Pekerjaan : IRT Pekerjaan
: Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : Rp 700.000
Alamat : Jl. Sudimoro no.6 Alamat :
Jl. Sudimoro no.6
Keluhan utama
Ibu mengatakan mengeluarkan darah yang banyak dari
kemaluan setelah persalinan. Ibu juga mengatakan merasa lemas sekali
2. Riwayat
Perkawinan
Menikah :
1 kali
Usia menikah :
20 tahun
Lama menikah :
5 tahun
3. Riwayat
Haid
-
Menarche umur : 12 tahun
-
Siklus haid : 28 hari
-
Lama haid : 6 hari
-
Banyaknya : 2 softex/hari
-
Sifat : encer
-
Dysmenorhe
: ya
4. Riwayat
Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menular,
menurun dan menahun seperti hipertensi, asma, penyakit jantung, diabetes
dan terdapat riwayat kelaina koagulasi
5. Riwayat
penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti TBC, hepatitis, DM,
hipertensi, jantung serta tidak mempunyai keturunan kembar dan juga terdapat
riwayat gangguan perdarahan
6. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas
o
Kehamilan :
Trimester I : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke
bidan 1 x dan mempunyai keluhan mual-mual. Ibu mendapatkan obat (kalk, vitamin
B6 dan Fe)
Trimester II : Ibu
mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan sebanyak 2 x untuk melihat
kondisi diri dan janin yang dikandungnya, ibu tidak mempunyai keluhan dan
mendapat obat (Fe, kalk, serta TT pada UK 28 minggu)
Trimester III :
Ibu
mengatakan memeriksakan kehamilan 2 x sebulan dan ibu memiliki keluhan kram
pada kaki. Ibu mendapat obat (Fe, kalk dan vitamin) setiap kali periksa
o
Persalinan
Melahirkan
tanggal 20 November 2011 jam 06.00 di RB Bina Husada dengan persalinan normal,
robekan jalan lahir derajat II dan ditolong oleh bidan, BB 3000 gr, PB 50 cm
jenis kelamin laki-laki AS 7-8, plasenta lahir dengan waktu 30 menit.
o
Nifas
KU
ibu lemah, belum bisa bangun dari tempat tidur, mengeluarkan darah yang banyak
dari kemaluan sejak 2 jam melahirkan.
Ibu merasa lemas.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
·
Nutrisi
Makan
3 kali sehari, 1 piring tiap kali makan, komposisi : nasi, lauk dan sayur
Minum
air putih, teh, kopi, kurang lebih 8 gelas/hari
·
Eliminasi
BAK : sejak melahirkan ibu belum BAK (retention
urine menyebabkan HPP) Normal 4-5 x/hari
BAB : sejak melahirkan ibu belum BAB, normalnya 1-2
x/hari
·
Istirahat/tidur
kurang
tidur karena nyeri pada abdomen bawh (VU penuh. Retentio Urine) dan nyeri pada
alat genetalia (luka jalan lahir) Normal 4-6 jam
·
Aktifitas
Aktifitas
ibu dengan HPP terbatas dan terganggu karena harus Bedrest
·
Personal Hygiene
Mandi
2x/sehari, keramas 3x seminggu, ganti baju 1 x/hari, ganti celana dalam 2x/hari
7. Psikososial
dan Spiritual
·
Psikologis
Ibu
dan keluarga cemas karena terjadi perdarahan pada ibu
·
Sosial
Hubungan
ibu dengan suami baik.
Hubungan
ibu dengan orang tua, mertua, saudara, dan tetangga baik.
·
Budaya
Kebiasaan
melakukan selamatan setelah kelahiran bayi
·
Spiritual
Ibu
taat beribadah dan beribadah sesuai agamanya.
B. DATA
OBYEKTIF
1) Pemeriksaan
Umum
KU : lemah
Kesadaran : composmentis
TTV : TD :
90/60
mmHg
Nadi : 98
x/menit
Suhu : 36,2
oC
RR : 24 x/menit
2) Pemeriksaan
khusus
1. Inspeksi
Muka : pucat, terlihat cemas dan lemah,
tidak ada oedema
Mata : konjungtiva
pucat, sclera putih, tidak ada oedema, tidak ada perdarahan
Mulut : pucat,
simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, bersih, tidak ada
tonsillitis, ada perdarahan gusi
Leher : simetris,
tidak ada benjolan, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid
Ketiak : tidak
ada luka, tidak ada benjolan
Dada : simetris,
tidak ada benjolan, pergerakan nafas simetris.
Payudara : simetris,
tidak ada luka, bersih, hypervaskularisasi, hyperpigmentasi areola mammae,
putting menonjol.
Perut : Striae
nigra (+), striae abicabs (+), linea nigra (+), tidak ada luka bekas operasi,
terlihat pembesaran di bawah pusat.
Genetalia : oedem
vulva (-), oedem uretra (-), terdapat luka perineum derajat 2 dengan 5 jahitan,
perdarahan > 500 cc, tidak bergumpal, tidak ada tanda-tanda infeksi
Ekstremitas :
atas : simetris, tonus bagus, turgor bagus
bawah : simetris, tonus bagus, turgor bagus
2. Palpasi
Payudara : ASI belum
keluar
Perut : TFU
teraba tidak sesuai, perut lembek, kontraksi buruk/tidak ada, vesika urinaria
penuh, nyeri tekan abdomen bawah.
Ekstremitas : oedema (-)
3. Auskultasi
Dada :
wheezing (-), ronchi (-)
Perut :
bising usus (+)
4. Perkusi
Reflek patella : +/+
3) Pemeriksaan
Penunjang
·
laboratorium : HB
7%
·
Trombosit : 100.000 /mm3
·
laporan persalinan :
adanya
partus dengan luka episiotomi derajat II
C. Assesment
Diagnosa
: Ny.”S” Usia 25 tahun P10001 3 jam Post Partum dengan Disseminated
Intravaskular Coagulation.
Masalah : ibu cemas terhadap keadaan nya
Diagnosa Potensial : Anemia
berkelanjutan, Syok hemoragic, Kegagalan laktasi, Infertil sekunder, Gangguan sexual, Infeksi puerperalis, Sepsis,Kematian.
KEBUTUHAN Tindakan SEGERA : Infuse
RL, Kateter, O2
D.
Planning
1. Jelaskan
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu
2. Pasang
infuse RL
R/ untuk mengganti cairan yang
hilang dan mencegah syok hipovolemik
3. Temukan
penyebab perdarahan
R/ untuk sesegera mungkin menghentikan
perdarahan
4. Hentikan
perdarahan sesuai causa
R/ mencegah kehilangan darah lebih
banyak
5. Ambil
sampel darah ibu untuk dilakukan pemeriksaan darah
R/ untuk mengetahui HB dan golongan
darah ibu
6. Berikan
uterotonika
R/ untuk merangsang kontraksi uterus
7. Berikan
antibiotika
R/ untuk mencegah dan mengobati infeksi
8. Ajarkan
dan jelaskan cara masase uterus
R/ ibu aktif dalam mencegah perdarahan
9. Anjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
R/ mengembalikan kondisi ibu,
mempercepat kesembuhan luka
10. Anjurkan
ibu untuk banyak minum.
R/ untuk mengganti cairan yang hilang
dan mencegah dehidrasi
11. Observasi
perdarahan dan TTV
R/ untuk mengetahui adanya perdarahan
lanjutan dan sebagai parameter keadaan ibu
12. Rujuk
jika tindakan tidak berhasil
R/ mencegah keadaan yang lebih parah
pada ibu
13. Lakukan
dokumentasi yang lengkap dan akurat
R/ untuk bukti otentik suatu tindakan
E. Implementasi
Tanggal : 20 Januari 2007
Jam : 09.00
Diagnosa :
Ny.”S”
Usia 25 tahun P10001 3 jam
post partum dengan Disseminated Intravaskular Coagulation.
IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan
pada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu mengalami perdarahan petugas akan
segera melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki kondisi
ibu, antara lain memasang infuse, memeriksa golongan darah ibu dan memberikan
obat-obatan.
2. Memasang
infuse RL 40 tetes per menit di lengan kiri, dan memasang O2
3. Mencari
penyebab perdarahan dengan melakukan VT ataupun Inspekulo dan palpasi perut.
4. Menghentikan
perdarahan sesuai causa
5. Memberikan
Ampicillin 1 gram secara IM atau Amoksilin 1 gram oral.
6. Mengobservasi
perdarahn yaitu dengan meletakkan duk di bawah pantat ibu, lalu memeriksa
jumlah darah yaitu ± 500 cc
7. Mengobservasi
TTV yaitu Tensi 90/60 mmHg, Nadi 98 x/menit, suhu 36,2ºC, RR 24 x/menit
8. Mengajarkan
dan menjelaskan cara masase uterus uterus pada ibu dan keluarga, yaitu tangan
berada di atas garis perut bawah, lalu dilakukan gerakan memutar dengan sedikit
tekanan pada perut, dilakukan agar kontraksi ibu menjadi baik dan tidak terjadi
perdarahan.
9. Menganjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang, contohnya
nasi, lauk, sayur, buah dan kalau bisa ibu juga dianjurkan untuk minum susu
minimal 1 gelas per hari. Akan lebih baik lagi kalau ibu mengkonsumsi makanan
tinggi protein, antara lain daging, ikan dan lain sebagainya.
10. Menganjurkan
pada ibu untuk banyak minum air putih atau teh, susu dan jus buah
11. Melakukan
pencatatan dan pelaporan
F.
EVALUASI
Tanggal : 20
Januari 2007
Jam : 14.00
S : Ibu
mengatakan :
- darah yang
keluar sudah tidak sebanyak tadi
- perutnya
terasa mulas
- ibu sudah
bisa kencing walau masih sedikit
O : jumlah
darah ± 300 cc, uterus berkontraksi dengan baik, perut teraba keras, tidak ada
tana-tanda infeksi maupun syok, vesika urinaria kosong, ibu sudah mulai
meneteki bayinya dengan sering, ASI belum keluar, tidak terpasang kateter, ibu
sudah bisa kencing spontan walau masih sedikit-sedikit, masih terpasang infuse
dengan tetesan 20 tetes/menit.
TTV : TD 120/80 mmHg
Nadi 80 x/menit
RR 20 x/menit
Suhu 37ºC
A
: Ny.
“S” Usia 25 tahun P10001 3 jam post partum dengan Disseminated
Intravaskular Coagulation keadaan umum membaik.
P :
-
Observasi : KU, TTV, kontraksi, TFU,
Vesika Urinaria, jumlah darah, warna, bau, konsistensi.
-
Lakukan perawatan post partum
selanjutnya
-
Berikan KIE tentang perawatan payudara,
cara perawatan bayi, senam nifas, cara meneteki yang benar, nutrisi dan KB,
imunisasi dll.
-
Anjurkan ibu untuk kontrol 3 hari
setelah pulang.
DAFTAR
PUSTAKA
Angsar, M. D., 1999, Perlukaan Alat-alat Genital dalam Ilmu
Kandungan, Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Komite Medik RSUP dr. Sardjito, 2000, Perdarahan Post Partum dalam Standar
Pelayanan
Medis RSUP dr. Sardjito,
Yogyakarta: Penerbit Medika Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999. Operasi Kebidanan,
Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2001. Kapita Selecta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.
Mochtar, R., Lutan, D. (ed),1998, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri
Patologi,
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Pilliterri, Adelle. 2001. Perawatan Kesehatan Ibu
dan Anak. Jakarta : EGC.
Rayburn, W. F., Carey, J. C., 2001, Obstetri & Ginekologi, Jakarta:
Penerbit Widya Medika
Saifuddin, A. B., Adriaansz, G.,
Wiknjosastro, G., H., Waspodo, G. (ed), 2002, Perdarahan
Setelah Bayi Lahir dalam Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,
Jakarta: JNPKKR – POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Sefe Motherhood. 2001. Modul Hemoragi Post Partum.
Jakarta : EGC.
Smith, J. R., Brennan, B. G., 2004, Postpartum Hemorrhage,
http://www.emedicine.com
0 komentar:
Posting Komentar