Total Tayangan Halaman

Kamis, 30 Agustus 2012

POST PARTUM PSIKOSA

Created by : Wiwik Anggraeni
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pertama kali dikenal sebagai gangguan pada tahun 1850, psikosis postpartum adalah suatu kondisi mental yang sangat serius yang memerlukan perhatian medis segera.  Menariknya, studi tentang tingkat gangguan telah menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang mengalami psikosis postpartum tidak berubah sejak pertengahan 1800-an.
Sementara itu adalah bentuk paling ekstrim dari gangguan mood pascamelahirkan, psikosis pascapersalinan juga merupakan salah satu yang paling langka.  Biasanya digambarkan sebagai periode ketika seorang wanita kehilangan sentuhan dengan realitas, gangguan tersebut terjadi pada wanita yang baru melahirkan.  Ini mempengaruhi antara satu dan dua perempuan per 1.000 wanita yang telah melahirkan.
Sayangnya, meskipun banyak wanita dengan gangguan tersebut menyadari sesuatu yang salah dengan mereka, kurang dari 20% benar-benar berbicara kepada penyedia pelayanan kesehatan mereka.  Masih sedih adalah kenyataan bahwa psikosis postpartum sering salah didiagnosis atau dianggap depresi postpartum , sehingga mencegah seorang wanita menerima perhatian medis yang tepat yang dia butuhkan.
Wanita yang tidak menerima pengobatan yang tepat seringkali merespon dengan baik tapi biasanya mengalami depresi pascamelahirkan sebelum benar-benar pulih.  Namun, tanpa pengobatan, psikosis dapat menyebabkan konsekuensi yang tragis.  Psikosis postpartum memiliki tingkat bunuh diri 5% dan tingkat pembunuhan bayi 4%.
Meskipun timbulnya gejala dapat terjadi kapan saja dalam tiga bulan pertama setelah melahirkan, wanita yang memiliki postpartum psikosis biasanya mengalami gejala dalam 2-3 minggu pertama setelah melahirkan.  Gejala psikosis postpartum biasanya muncul tiba-tiba, dalam 80% kasus, psikosis terjadi tiga sampai 14 hari setelah periode bebas gejala.
Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini kita sebagai bidan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.



1.2  RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu Bagaimana Penanganan Gangguan Psikologi Post Partum.

1.3  TUJUAN
  1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara penanganan pada gangguan psikologi post partum.
  1. Tujuan Khusus
a.       Mengetahui apa itu gangguan psikologi post partum.
b.      Mengetahui apa saja gangguan psikologi post partum
c.       Mengetahui penyebab gangguan psikologi post partum.
d.      Mengetahui gejala pada gangguan psikologi post partum.
e.       Mengetahui gambaran klinis gangguan psikologi post partum.
f.       Mengetahui pencegahan gangguan psikologi post partum.
g.      Mengetahui bagaimana penanganan gangguan psikologi post partum.

1.4  MANFAAT
  1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
  1. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.











BAB II
ISI

2.1  Definisi
Psikosa adalah gangguan kejiwaan yang meliputi keseluruhan pribadi seseorang, sehingga orang yang mengalami tidak bisa lagi menyesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum.
Psikoneurossa adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian, sehingga orang-orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan -pekerjaan biasa atau masih dapat belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Psikopat merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan kesulitan penyesuaian diri atau timbul akibat ketidakmampuan untuk mengikuti norma norma yang ada dilingkungan. Penderita memperlihatkan adanya sikap egosentris yang besar, seolah-olah patokan untuk semua perbuatan adalah dirinya sendiri. Ciri lainnya adalah keinginan un tuk menguntungkan diri sendiri tanpa memperdulikan pihak lain.
Dalam bentuk yang ringan, gannguan kejiwaan seperti diatas disebut dengan character disorser yang dapat kita lihat, misalnya pada seseorang yang eksentrik yang berdandan sesuai dengan seleranya sendiri tanpa memperdulikan apakah dandanannya tersebut akan jadi bahan tertawaan atau tidak.
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
*        Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
*        Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.

2.2  Faktor Resiko
  • Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia
  • Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
  • Berulang pada 20 – 50 % kasus.
  • Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup
  • Skizofrenia : gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
  • Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
  • Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.
Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki peningkatan risiko mengembangkan psikosis postpartum.  Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan gangguan tersebut.  Additonally, wanita yang telah memiliki insiden masa lalu postpartum psikosis adalah antara 20% dan 50% lebih mungkin mengalami lagi dalam masa kehamilan.

2.3  Etiologi
  • Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik )
  • Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
  • Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dll )
  • Faktor keturunan
  • Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
  • Perubahan hormonal yang cepat.
  • Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
  • Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
  • Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
  • Merasa terisolasi.
  • Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu masalah, ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.

2.4  EPIDEMIOLOGI
1 di antara 1000 ibu baru

2.5  ANAMNESIS
Onsetnya mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran. Sebagian besar muncul dengan depresi, tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana hati yang elasi.iritabel, disinhibisi.bertindak semaunya, perhatiannya mudah teralihkan, aktivitas berlebihan, pemboros, suka menyerang, tidak banya bicara, loncat gagasan/flight of idea, kurang tidur), halusinasi, waham, kebingungan, kurangnya tilikan.

2.6  PATOFISIOLOGI
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri yang merupaka reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai ibu yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan jati dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan bukan suatu sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat, antara lain postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari pertama sampai 4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa ini dapat terjadi sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya dan merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan diri sendiri dan mengganggu lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi, penelitian menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.

2.7  TANDA DAN GEJALA
2.7.1        Gejala awal :
·         Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
·         Sulit tidur atau imsomnia
·         Sering menangis
·         Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
·         Merasa Letih dan lelah
·         Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
·         Mudah tersinggung / labil
·         Sakit kepala
·         Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
·         Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
·         Menolak makan dan minum
2.7.2        Gejala lanjutan :
·         Curiga berlebihan
·         Kebingungan
·         Sulit konsentrasi
·         Bicara meracau atau inkoheren
·         Irasional
·         Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
·         Agresif
·         Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa postpartum. Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1.      delusi
2.      halusinasi
3.      gangguan saat tidur
4.      obsesi mengenai bayi

2.8  GEJALA KLINIK
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.

2.9  PEMERIKSAAN
  1. Ibu : bertindak semaunya, berbusana tidak sesuai
  2. Bayi : bukti adanya penelantaran

2.10          PATOLOGI
Tidak ada patologi yang dapat diidentifikasi

2.11          PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang

2.12          PENANGANAN
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.

2.13          PENCEGAHAN
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
·         Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
·         Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
·         Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan.
·         Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
·         Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
·         Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.
·         Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau membersihkan rumah.
·         Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.


2.14          Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk membantu mereka mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis dan terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling dan dukungan psikologis kelompok. Dengan perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1.      beristirahat cukup
2.      mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3.      bergabung dengan orang-orang yang baru
4.      bersikap fleksible
5.      berbagi cerita dengan orang terdekat
6.      sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi). Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara hati – hati jika menyusui).

2.10 pengobatan
  • Idem dg depressi
  • Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain : dirawat di rumah sakit.
  • Obat2 : anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas.




2.11  KOMPLIKASI
·         Bunuh diri
·         Penelantaran anak
·         Pengasuhan yang tidak sesuai
·         Berpikir untuk menyakiti
·         Pembunuhan bayi

2.12  PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis masa nifas yang berulang. 50 % mengalami episode psikosis berulang.

























BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.

3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.











DAFTAR PUSTAKA

http://bukankuyg biasa.blogspot.com/2007/02/psikosa -post-partum/
http://fadlan’s world-sheikh famili-psikosa pasca melahirkan/
Misha Datta…. [et al.]). 2009. Rujukan cepat obstetric & ginekologi.; alih bahasa, Toni
         Priliono ; editor edisi bahasa Indonesia, Andita Novrianti, Windriya Kerta Nirmala.
         Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Jakarta : EGC


SP2TP SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS

SP2TP SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS 1.1 Definisi Tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas. Dalam menejemen diperlukan adanya data yang akurat, tepat waktu dan kontinu serta mutakhir secara periodik. Berdasar SK Menteri Kesehatan nomor 63/Menkes/II/1981, berlaku sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP ). 1.2 Tujuan : 1.2.1 Tujuan Umum Tersedianya data dan informasi yang akurat tepat waktu dan mutakhir secara periodik dan teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas di beberapa tingkat administrasi. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur. 2. Terlaksananya pelaporan data secara teratur di berbagai jenjang administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. 3. Data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas diberbagai tingkat administrasi. 1.3 Ruang Lingkup 1. Dilakukan oleh semua puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling 2. Pencatatan pelaporan mencakup • Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas • Data ketenagaan di puskesmas • Data sarana yang dimiliki puskesmas • Data kegiatan puskesmas baik di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas 3. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulan, semester, dan tahunan), dengan menggunakan formulir yang baku. Seyogyanya berjenjang dari puskesmas ke Dati II, dari Dati II ke Dati I, dan Dati I ke pusat. Namun sementara ini dapat dilakukan dari Dati II langsung ke pusat, dengan tindasan ke Propinsi. 1.4 Beberapa Batasan Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan untuk mendapatkan kesamaan pengertian. Sehingga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama di seluruh puskesmas. 1. Kunjungan Ada 2 macam kunjungan : a. Kunjungan seseorang ke puskesmas, puskesmas pembantu baik untuk mendapat pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat pelayanan sehat sakit. Untuk itu dibedakan 2 kategori : 1. Kunjungan baru ialah seseorang yang pertama kali dating ke Puskesmas atau puskesmas pembantu sehingga sumur hidupnya hanya dicatat sebagai satu kunjungan baru. 2. Kunjungan lama ialah seseotang yang dating ke puskesmas atau puskesmas pembantu yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan kesehatan. Perkecualian ke 2 kategori tersebut pada ibu hamil, ibu menyususi dan balita : 1. Kunjungan ibu hamil pada setiap kehamilan dianggap sebagai kunjungan baru. Sedangkan kunjungan ke 2 kali dan seterusnya untuk memeriksakan kehamilan dianggap sebagai kunjungan lama. Dengan demikian penetapan kunjungan ibu hamil tidak ditentukan dengan tahun/periode, tetapi diberlakukan sebagai “episode of illness”. 2. Kunjungan ibu menyususi, termasuk ibu yang menyelesaikan kehamilannya karena abortus, selama periode menyususi selama 2 tahun, dihitung sebagai 2 kunjungan baru. Dengan kata lain setiap ibu menyusui setelah saat melahirkan/abortus dihitung kembali sebagai kunjungan baru. Sedangkan kunjungan selanjutnya dihitung sebagai kunjungan lama. 3. Kunjungan balita setiap tahun (setelah hari ulang tahun) dianggap sebagai kunjungan baru. Jadi setiap balita mempunyai 4 kali kunjungan baru. Sedangkan kunjungan kedua dan seterusnya dari tahun yang bersangkutan, dicatat sebagai kunjungan lama. b. Kunjungan sebagai kasus Kunjungan kasus adalah kasus baru + kasus lama + kunjungan baru + kunjungan lama suatu penyakit. 2. Kasus. Ada 2 macam kasus : a. Kasus baru adalah “new episode of illness” yaitu pertanyaan pertama kali seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnose dokter atau tenaga paramedic. b. Kasus lama adalah kunjungan kedua dan seterusnya daru kasus baru yang belum dinyatakan sembuh agar kunjungan kasus lama dalam tahun atau periode yang sama. Untuk tahun yang berikutnya, kasus ini diperhitungkan sabagai kasus baru. Khusus pada penderita kusta hanya dikenal kasus baru, yaitu saat pertama kali penemuannya. Pada kunjungan kedua dan seterusnya hanya dihitung sebagai kunjungan kasus, bukan sebagai kasus lama. 3. Keluarga. Keluarga dalam catatan SP2TP adalah satu kepala keluarga beserta anggotanya yang terdiri dari istri, anak – anak ( kandung, tiri dan angkat ), dan orang lain yang tinggal dalam satu atap atau rumah. 4. Nomor, kode Puskesmas. Pemberian nomor kode puskesmas / puskesmas pembantu berdasarkan pada letak geografis dan jenjang administrasi serta peresmian per S.K. bupati atas resistensinya setelah dibangun. Pelaksanaan 1. Pencatatan dengan menggunakan format a. Family folder b. Buku register • Rawat jalan dan rawat inap • Penimbangan • Kohort ibu • Kohort anak • Persalinan • Laboratorium • Pengamatan penyakit menular • Immunisasi • PKM c. Kartu indeks penyakit (kelompok penyakit) d. Kartu perusahaan e. Kartu murid f. Sensus Harian (penyakit dan kegiatan puskesmas) untuk mempermudah pembuatan laporan. 2. Pelaporan o Jenis dan periode laporan a. Bulanan • Data kesakitan • Data kematian • Data operasional (Gizi, Immunisasi, KIA, KB, dsb) • Data managemen obat b. Triwulan • Data kegiatan puskesmas c. Tahunan • Umum dan fasilitas • Sarana • Tenaga o Alur Pengiriman • Dikirim ke Dinas Kesehatan Tk.II Diteruskan ke Dinas Kesehatan Tk.I Dep.Kes (cq. Bagian informasi DITJEN Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Pengelolaan, Analisa, dan Pemanfaatan 1. Dilaksanakan pada setiap jenjang administrasi 2. Pemanfaatan disesuaikan dengan tugas dan fungsi dalam pengambilan keputusan 3. Di puskesmas digunakan untuk pemantauan pelaksanaan program operasionalisasi 4. Pada Tk.II digunakan untuk pemantauan, pengendalian, dan pengambilan tindak koreksi yang diperlukan 5. Dari Tk.I digunakan untuk perencanaan program dan pemberian bantuan yang diperlukan. 6. Pada tingkat pusat digunakan untuk pengambilan kebijaksanaan pada Tk. Nasional Kegiatan Yang Dilakukan 1. Mengkopilasi data dari puskesmas 2. Mentabulasi data upaya kesehatan yang dilakukan 3. Menyusun kartu indeks penyakit 4. Menyusun sensus harian untuk mengolah data kesakitan 5. Menyajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik sesuai kebutuhan 6. Melakukan berbagai perhitungan dengan menggunakan data 7. Melakukan analisa untuk kebutuhan pemantauan intervensi serta perencanaan di masa mendatang 8. Membuat peta wilayah puskesmas termasuk sarana kesehatan Pemanfaatan Data 1. Untuk meneliti kebutuhan administrasi pada jenjang yang lebih tinggi dalam rangka pembinaan, perencanaan dan penetapan kebijaksanaan 2. Dimanfaatkan puskesmas untuk peningkatan upaya kesehatan puskesmas melalui : a. Perencanaan b. Penggerakan dan Pelaksanaan (Lokakarya Mini Puskesmas) c. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (Stratifikasi)

DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA

DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu yang lama 1.Analisa data a.Ibu merasa trauma dengan persalinan b.Stress dengan perubahan bentuk tubuh yang tidak menarik lagi seperti dulu c.Pada ibu post SC yang mual sampai muntah karena pengaruh obat anestesi dan keterbatasan aktivitas (terlalu lama dalam posisi berbaring, kepala sering pusing) d.Adanya nyeri setelah melahirkan 2.Komplikasi a.Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu nifas akan kurang b.Terjadi gangguan dalam proses laktasi dan menyusui c.Kurang maksimalnya ibu dalan merawat bayinya 3.Penanganan a.Pemberian dukungan mental pada ibu b.Pemberian KIE mengenai pentingnya asupan gizi yang baik untuk ibu dan bayinya c.Kaji sejauh mana dukungan keluarga untuk mengatasi permasalahan ini d.Fasilitas dengan pemberian bimbingan dalam menyusun menu seimbang sesuai selesai ibu