Total Tayangan Halaman

Sabtu, 30 Juni 2012

HPP karena Trombo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal terbanyak. Semua wanita yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko perdarahan post partum dan sekuelenya. Walaupun angka kematian maternal telah turun secara drastis di negara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan penyebab kematian maternal terbanyak dimana-mana. Kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal secara langsung di Amerika Serikat diperkirakan 7 – 10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup. Data statistik nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% dari kematian ini disebabkan oleh perdarahan post partum. Di negara industri, perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3 peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi. Di beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000 kematian matenal tiap tahunnya. Frekuensi perdarahan post partum yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh sebaran etiologi antara lain: atonia uteri (50 – 60 %), sisa plasenta (23 – 24 %), retensio plasenta (16 – 17 %), laserasi jalan lahir (4 – 5 %), kelainan darah (0,5 – 0,8 %). 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas muncul pertanyaan antara lain: 1. Apa Definisi dari gangguan pembekuan darah? 2. Apa Etiologi dari gangguan pembekuan darah? 3. Bagaiamana Patofisiologi dari gangguan pembekuan darah? 4. Apa saja Tanda & gejala dari gangguan pembekuan darah? 5. Bagaimana Diagnosis dari gannguan pembekuan darah? 6. Apa Komplikasi yang muncul dari gangguan pmbekuan darah 7. Bagaimana Penanganan dari gangguan pembekuan darah? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mendeskripsikan terjadinya gangguan pembekuan darah dan dapat menganalisis penanganan dari gangguan pembekuan darah 1.3.2 Tujuan Khusus Diharakan mahasiswa mampu dalam : 1. Melakukan pengakajian data subyektif dan obyektif dari gangguan pembekuan darah ini 2. Menganalisis diagnosa dan masalah serta diagnosa potenial yang akan muncul 3. Menganalisis rencana peangan dari gangguan pemebekuan darah 4. Mengimplementasikan dan mengevalusi asuhan kebidanan pda gangguan pmebekuan darah 5. Melakukan catatan perkembangan dari asuhan yang diberikan 1.4 Manfaat Penulisan Diharapkan mahasiswa mendapat pengetahuan yang banyak mengenai gangguan pembekuaan darah ini dan dapt melakukan dokumentasi dari kasus ini sebagai asuhan kebidanan menggunakan metode SOAPIE BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang terjadi karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga darah tetap mengalir. 2.2 Etiologi Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partun sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain, terutama trauma. Abnormalitas dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat persalinan. Trombositopenia dapat berhubungan dengan penyakit sebelumnya, seperti ITP atau sindroma HELLP sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet dapat saja terjadi, tetapi hal ini jarang. Sebagian besar merupakan penyakit sebelumnya, walaupun sering tak terdiagnosis. Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang berupa hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi, tetapi abnormalitas yang didapat biasanya yang menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang berhubungan dengan solusio plasenta, sindroma HELLP, IUFD, emboli air ketuban dan sepsis. Kadar fibrinogen meningkat pada saat hamil, sehingga kadar fibrinogen pada kisaran normal seperti pada wanita yang tidak hamil harus mendapat perhatian. Selain itu, koagulopati dilusional dapat terjadi setelah perdarahan post partum masif yang mendapat resusiatsi cairan kristaloid dan transfusi PRC. DIC, yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya disebabkan oleh hipo atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata (Disseminated Intravaskular Coagulation) DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh hipoperfusi jaringan, yang menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin jaringan. Pada kasus ini terdapat peningkatan kadar D-dimer dan penurunan fibrinogen yang tajam, serta pemanjangan waktu trombin (thrombin time). 2.3 Patofisiologi Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari lepasnya substansi – substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk konsepsi ke dalam sirkulasi darah ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh endotoksin. Setelah itu mulailah serangkaian reaksi berantai yang mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, pembentukan dan pengendapan fibrin dan, sebagai konsekuensinya, aktivasi sistem fibrinolitik yang normalnya sebagai proteksi. Gangguan patofisiologi yang kompleks ini menjadi suatu lingkaran setan yang muncul sebagai diathesis perdarahan klinis dengan berubah – ubahnya hasil rangkaian tes pembekuan darah sehingga membingungkan. 2.4 Tanda dan gejala 1. Perdarahan berlangsung terus 2. Merembes dari tempat tusukan (Chapman, 2006) 2.5 Komplikasi Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC (Koagulasi Intravaskuler Diseminata) : 1. Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan abortus septic 2. Syok berat 3. Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus (Schward, 2000) 2.6 Diagnosis Umum Didapatkan pada semua parturient dengan HPP Primer : • Data Subyektif : Keluar darah bergumpal dari alat kemaluan • Inspeksi : Adanya pengeluaran darah > 400 cc, parturient tampak pucat, pada keadaan serius tampak tanda-tanda syok • Pada kehilangan darah lebih dari 25%, dijumpai TTV Tensi : turun Nadi : lemah dan cepat RR : meningkat Suhu : turun Khusus DIC - Perdarahan dari tempat lain, missal vagina, hidung, gusi, kulit, dll - Darah yang keluar sama sekali tidak ada gumpalan, walau sudah terkena udara Klausal PPP karenan gangguan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan ada tedensi mudah terjadi perdarahn setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan digusi, rongga hidung dan lain-lain. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasilpemeriksaan faal hemostatis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibriogenemia dan terdeteksi adanya FDP ( fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT ( PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME) (Sarwono, 2008) 2.7 Pencegahan Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, slah satunya adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal. 2. Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak beras, hamil kembar, hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan 3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lamaa 4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan 5. Kehamilan resiko rtendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun 6. Mengesuai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya. (Sarwono, 2008) 2.8 Pengobatan Pasien perlu dirawat bila secara klinis ada gangguan pembekuaan darah atau dari serangkaian pemeriksaan laboratorium diperlihatkan adanaya kemunduran fungsi pemebekuan darah secara progresif. Nilai normal Kehamilan DIC Hitung trombosit 150.000-400.000/mm3 Sama Lebih rendah Waktu protombin yang cepat 75-125% Memendek Memanjang Waktu protomboplastin parsial 30-45% Memendek Memanjang Waktu thrombin 10-15 detik Memendek Memanjang Pengukuran fibrinogen (atau titer) 200-400 mg% 300-600 mg% Menurun Produk-produk pecahan fibrin Negative Dapat diukur Pengukuran faktor V 75-125% Sama Menurun Pengukuran faktor VII 50-200% Mungkin meningkat menurun Tujuan utama pengobatan adalah menghilngkan sumber material serupa tromboplastin, tetapi evalusai produk konsepsi akan mendatangkan resiko perdarahan vaginal atau bedah. Dengan alasan inilah, proses pembekuaan normal harus dipulihkan lebih dahulu sebelum melakukan persalina operatif. 1. Pemberian faktor-faktor pembekuan 2. Menghambat proses patofisiologi dengan antikoagulasi heparin samapi faktor-faktor pembekuan pulih kembali Cara pengobatan yang akan dipilih tergantung kepada ancaman jiwa pasien segera akibat perdarahan yang aktif pada saat diagnosis ditegakkan atau akibat persalinan yang akan segera terjadi. 1. Bila dicurigai ada perdarahan aktif dari uterus dari persalinan operatif, harus diberikan pengobtan sebagai terjadi : a. Monitor tanda-tanda vital secara kontiyu termasuk pengukuran tekanan vena sentral dan mempertahankan produksi urin b. Berikan oksigen melalui masker c. Mengatasi syok dengan segera adalah penting, bila memungkinkan dengan darah lengkap segar. d. Pemberian faktor-faktor pembekuan : pengobatan denga plasma beku segar lebih disukai daripada dengan preparat depot fibrinogen (pooled fibrinogen) komersial karena dapat memperkecil resiko penularan hepatitis, pengantian volume tambahan, serta tersediannya aneka macam faktor-faktor pembekuaan. Setiap liter plasma beku segar dapat diharapkan mengandung 2-3 g fibrinogen. Karena kira-kira diperlukan 2-6 g fibrinogen, bila hal tidak dapat disediakan dengan perparat tersebut (baik karena tidak tersedia atau karena masalah-masalah hipervolema) dapat dipakai fibrinogen depot komersial. Masalah utama yang berkaitan dengan pengantian fibrinogen dengan menggunakan salah satu preparat tersebut di atas adlah waktu psruhnya yang singkat kalkau ada banyak trombhin dan timbunan fibrin intravaskuler lebih lanjut. Dengan alasan inilah, preparat-preparat tersebut hanya boleh digunakan untuk segera mengendalikan perdarahan sebelum persalina ndan pertama bila persalinan harus dilaksankan dengan operasi seksio sesaria. Dengan demikian prosedur pengobatan seperti di atas serta melakukan pengosongan uterus, biasanya akan terjadi perbaikan spontan pembekuan darahnya, sehingga tidak diperhatikan terapi lebih lanjut. 2. Bila tidak ada perdarahan uterus dan persalinannya dapat ditunda (yaitu, sindrom janin mati yang tertinggal dalam uterus tetapi jelas tidak ada soluiso plasenta), tindakan sebagai berikut dilakukan : a. Heparinisasi : 100 IU/kg setiap 4 jam, atau 600 IU/kg/24 jamdenga infuse kontiu Pemberian heparin dihentikan setelash terjadi perbaikan faktor-faktor pembekuan kedalam batas normal, dan hanya dalam keadaan inilah persalina boleh dilaksanakan. Terapi fibrinogen jarang dilakukan jika sekiranya diindikasikan pada pasien obstetric selalu karena DIC dan akan berhenti sendiri setelah pengobtan primer. Kita harus selalu ingat bahwa keberadaan fibrinolisis merupakan suatu respons protektifterhadap koagulasi intravaskuler. (Schward, 2000) 2.9 Penatalaksanaan Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya perdarahan post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari terjadinya perdarahan post partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP, fatty liver pada kehamilan, IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil langkah spesifik untuk menangani penyebab yang mendasari dan kelainan hemostatik. Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati dilusional. Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk darah bersifat sangat esensial. Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus transfusi masif dan koagulopati. Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada pasien dengan trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit dengan cepat. Satu unit trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar 5.000 – 10.000/mm3. Dosis biasa sebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila hitung trombosit di bawah 20.000/mm3. transfusi trombosit diindakasikan bila hitung trombosit 10.000 – 50.000/mm3, jika direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan aktif atau diperkirakan diperlukan suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin dibutuhkan karena masa paruh trombosit hanya 3 – 4 hari. Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V, VII, IX, X dan fibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak diperlukan adanya kesesuaian donor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi dengan sel-sel penerima. Bila ditemukan koagulopati, dan belum terdapat pemeriksaan laboratorium, plasma segar yang dibekukan harus dipakai secara empiris. Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan fibrinogen, dipakai dalam penanganan hemofilia A, hipofibrinogenemia dan penyakit von Willebrand. Kuantitas faktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk terjadinya suatu pembekuan, serta bervariasi menurut keadaan klinis. DIC - Uterotonika dosis adekuat - Tambahan fibrinogen langsung - Analisa factor bekuan darah BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian data Tempat pengkajian : RB Bina Husada No. reg. : 0504 353 Tanggal : 20 November 2011 Jam : 09.00 WIB A. Data Subyektif 1. Biodata Nama ibu : Ny. ‘’S’’ Nama suami : Tn. ‘’I’’ Umur : 25 tahun Umur : 30 tahun Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMU Pendidikan : STM Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Penghasilan : - Penghasilan : Rp 700.000 Alamat : Jl. Sudimoro no.6 Alamat : Jl. Sudimoro no.6 Keluhan utama Ibu mengatakan mengeluarkan darah yang banyak dari kemaluan setelah persalinan. Ibu juga mengatakan merasa lemas sekali 2. Riwayat Perkawinan Menikah : 1 kali Usia menikah : 20 tahun Lama menikah : 5 tahun 3. Riwayat Haid - Menarche umur : 12 tahun - Siklus haid : 28 hari - Lama haid : 6 hari - Banyaknya : 2 softex/hari - Sifat : encer - Dysmenorhe : ya 4. Riwayat Kesehatan yang lalu Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menular, menurun dan menahun seperti hipertensi, asma, penyakit jantung, diabetes dan terdapat riwayat kelaina koagulasi 5. Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti TBC, hepatitis, DM, hipertensi, jantung serta tidak mempunyai keturunan kembar dan juga terdapat riwayat gangguan perdarahan 6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas o Kehamilan : Trimester I : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan 1 x dan mempunyai keluhan mual-mual. Ibu mendapatkan obat (kalk, vitamin B6 dan Fe) Trimester II : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan sebanyak 2 x untuk melihat kondisi diri dan janin yang dikandungnya, ibu tidak mempunyai keluhan dan mendapat obat (Fe, kalk, serta TT pada UK 28 minggu) Trimester III : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilan 2 x sebulan dan ibu memiliki keluhan kram pada kaki. Ibu mendapat obat (Fe, kalk dan vitamin) setiap kali periksa o Persalinan Melahirkan tanggal 20 November 2011 jam 06.00 di RB Bina Husada dengan persalinan normal, robekan jalan lahir derajat II dan ditolong oleh bidan, BB 3000 gr, PB 50 cm jenis kelamin laki-laki AS 7-8, plasenta lahir dengan waktu 30 menit. o Nifas KU ibu lemah, belum bisa bangun dari tempat tidur, mengeluarkan darah yang banyak dari kemaluan sejak 2 jam melahirkan. Ibu merasa lemas. Pola Kebiasaan Sehari-hari • Nutrisi Makan 3 kali sehari, 1 piring tiap kali makan, komposisi : nasi, lauk dan sayur Minum air putih, teh, kopi, kurang lebih 8 gelas/hari • Eliminasi BAK : sejak melahirkan ibu belum BAK (retention urine menyebabkan HPP) Normal 4-5 x/hari BAB : sejak melahirkan ibu belum BAB, normalnya 1-2 x/hari • Istirahat/tidur kurang tidur karena nyeri pada abdomen bawh (VU penuh. Retentio Urine) dan nyeri pada alat genetalia (luka jalan lahir) Normal 4-6 jam • Aktifitas Aktifitas ibu dengan HPP terbatas dan terganggu karena harus Bedrest • Personal Hygiene Mandi 2x/sehari, keramas 3x seminggu, ganti baju 1 x/hari, ganti celana dalam 2x/hari 7. Psikososial dan Spiritual • Psikologis Ibu dan keluarga cemas karena terjadi perdarahan pada ibu • Sosial Hubungan ibu dengan suami baik. Hubungan ibu dengan orang tua, mertua, saudara, dan tetangga baik. • Budaya Kebiasaan melakukan selamatan setelah kelahiran bayi • Spiritual Ibu taat beribadah dan beribadah sesuai agamanya. B. DATA OBYEKTIF 1) Pemeriksaan Umum KU : lemah Kesadaran : composmentis TTV : TD : 90/60 mmHg Nadi : 98 x/menit Suhu : 36,2 oC RR : 24 x/menit 2) Pemeriksaan khusus 1. Inspeksi Muka : pucat, terlihat cemas dan lemah, tidak ada oedema Mata : konjungtiva pucat, sclera putih, tidak ada oedema, tidak ada perdarahan Mulut : pucat, simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, bersih, tidak ada tonsillitis, ada perdarahan gusi Leher : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid Ketiak : tidak ada luka, tidak ada benjolan Dada : simetris, tidak ada benjolan, pergerakan nafas simetris. Payudara : simetris, tidak ada luka, bersih, hypervaskularisasi, hyperpigmentasi areola mammae, putting menonjol. Perut : Striae nigra (+), striae abicabs (+), linea nigra (+), tidak ada luka bekas operasi, terlihat pembesaran di bawah pusat. Genetalia : oedem vulva (-), oedem uretra (-), terdapat luka perineum derajat 2 dengan 5 jahitan, perdarahan > 500 cc, tidak bergumpal, tidak ada tanda-tanda infeksi Ekstremitas : atas : simetris, tonus bagus, turgor bagus bawah : simetris, tonus bagus, turgor bagus 2. Palpasi Payudara : ASI belum keluar Perut : TFU teraba tidak sesuai, perut lembek, kontraksi buruk/tidak ada, vesika urinaria penuh, nyeri tekan abdomen bawah. Ekstremitas : oedema (-) 3. Auskultasi Dada : wheezing (-), ronchi (-) Perut : bising usus (+) 4. Perkusi Reflek patella : +/+ 3) Pemeriksaan Penunjang • laboratorium : HB 7% • Trombosit : 100.000 /mm3 • laporan persalinan : adanya partus dengan luka episiotomi derajat II C. Assesment Diagnosa : Ny.”S” Usia 25 tahun P10001 3 jam Post Partum dengan Disseminated Intravaskular Coagulation. Masalah : ibu cemas terhadap keadaan nya Diagnosa Potensial : Anemia berkelanjutan, Syok hemoragic, Kegagalan laktasi, Infertil sekunder, Gangguan sexual, Infeksi puerperalis, Sepsis,Kematian. KEBUTUHAN Tindakan SEGERA : Infuse RL, Kateter, O2 D. Planning 1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga R/ ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu 2. Pasang infuse RL R/ untuk mengganti cairan yang hilang dan mencegah syok hipovolemik 3. Temukan penyebab perdarahan R/ untuk sesegera mungkin menghentikan perdarahan 4. Hentikan perdarahan sesuai causa R/ mencegah kehilangan darah lebih banyak 5. Ambil sampel darah ibu untuk dilakukan pemeriksaan darah R/ untuk mengetahui HB dan golongan darah ibu 6. Berikan uterotonika R/ untuk merangsang kontraksi uterus 7. Berikan antibiotika R/ untuk mencegah dan mengobati infeksi 8. Ajarkan dan jelaskan cara masase uterus R/ ibu aktif dalam mencegah perdarahan 9. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi R/ mengembalikan kondisi ibu, mempercepat kesembuhan luka 10. Anjurkan ibu untuk banyak minum. R/ untuk mengganti cairan yang hilang dan mencegah dehidrasi 11. Observasi perdarahan dan TTV R/ untuk mengetahui adanya perdarahan lanjutan dan sebagai parameter keadaan ibu 12. Rujuk jika tindakan tidak berhasil R/ mencegah keadaan yang lebih parah pada ibu 13. Lakukan dokumentasi yang lengkap dan akurat R/ untuk bukti otentik suatu tindakan E. Implementasi Tanggal : 20 Januari 2007 Jam : 09.00 Diagnosa : Ny.”S” Usia 25 tahun P10001 3 jam post partum dengan Disseminated Intravaskular Coagulation. IMPLEMENTASI 1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu mengalami perdarahan petugas akan segera melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki kondisi ibu, antara lain memasang infuse, memeriksa golongan darah ibu dan memberikan obat-obatan. 2. Memasang infuse RL 40 tetes per menit di lengan kiri, dan memasang O2 3. Mencari penyebab perdarahan dengan melakukan VT ataupun Inspekulo dan palpasi perut. 4. Menghentikan perdarahan sesuai causa 5. Memberikan Ampicillin 1 gram secara IM atau Amoksilin 1 gram oral. 6. Mengobservasi perdarahn yaitu dengan meletakkan duk di bawah pantat ibu, lalu memeriksa jumlah darah yaitu ± 500 cc 7. Mengobservasi TTV yaitu Tensi 90/60 mmHg, Nadi 98 x/menit, suhu 36,2ºC, RR 24 x/menit 8. Mengajarkan dan menjelaskan cara masase uterus uterus pada ibu dan keluarga, yaitu tangan berada di atas garis perut bawah, lalu dilakukan gerakan memutar dengan sedikit tekanan pada perut, dilakukan agar kontraksi ibu menjadi baik dan tidak terjadi perdarahan. 9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang, contohnya nasi, lauk, sayur, buah dan kalau bisa ibu juga dianjurkan untuk minum susu minimal 1 gelas per hari. Akan lebih baik lagi kalau ibu mengkonsumsi makanan tinggi protein, antara lain daging, ikan dan lain sebagainya. 10. Menganjurkan pada ibu untuk banyak minum air putih atau teh, susu dan jus buah 11. Melakukan pencatatan dan pelaporan F. EVALUASI Tanggal : 20 Januari 2007 Jam : 14.00 S : Ibu mengatakan : - darah yang keluar sudah tidak sebanyak tadi - perutnya terasa mulas - ibu sudah bisa kencing walau masih sedikit O : jumlah darah ± 300 cc, uterus berkontraksi dengan baik, perut teraba keras, tidak ada tana-tanda infeksi maupun syok, vesika urinaria kosong, ibu sudah mulai meneteki bayinya dengan sering, ASI belum keluar, tidak terpasang kateter, ibu sudah bisa kencing spontan walau masih sedikit-sedikit, masih terpasang infuse dengan tetesan 20 tetes/menit. TTV : TD 120/80 mmHg Nadi 80 x/menit RR 20 x/menit Suhu 37ºC A : Ny. “S” Usia 25 tahun P10001 3 jam post partum dengan Disseminated Intravaskular Coagulation keadaan umum membaik. P : - Observasi : KU, TTV, kontraksi, TFU, Vesika Urinaria, jumlah darah, warna, bau, konsistensi. - Lakukan perawatan post partum selanjutnya - Berikan KIE tentang perawatan payudara, cara perawatan bayi, senam nifas, cara meneteki yang benar, nutrisi dan KB, imunisasi dll. - Anjurkan ibu untuk kontrol 3 hari setelah pulang.   DAFTAR PUSTAKA Angsar, M. D., 1999, Perlukaan Alat-alat Genital dalam Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Komite Medik RSUP dr. Sardjito, 2000, Perdarahan Post Partum dalam Standar Pelayanan Medis RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta: Penerbit Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999. Operasi Kebidanan, Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2001. Kapita Selecta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC. Mochtar, R., Lutan, D. (ed),1998, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Pilliterri, Adelle. 2001. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : EGC. Rayburn, W. F., Carey, J. C., 2001, Obstetri & Ginekologi, Jakarta: Penerbit Widya Medika Saifuddin, A. B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G., H., Waspodo, G. (ed), 2002, Perdarahan Setelah Bayi Lahir dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR – POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sefe Motherhood. 2001. Modul Hemoragi Post Partum. Jakarta : EGC. Smith, J. R., Brennan, B. G., 2004, Postpartum Hemorrhage, http://www.emedicine.com